Langkah Kaki Kami Kecil Tapi Bisa Bantu Memulihkan Bumi

Ke Gereja, deket. Jalan kaki ajaaa.


Halo teman-teman, amankah keadaanmu hari ini? Beberapa hari ini apakah ada yang merasakan cuaca panas ekstrim yang membuat banjir keringat. Geser dikit, berkeringat. Goyang dikit, berkeringat. Badan bercucuran keringat seperti diguyur petugas pemadam kebakaran biar badan segera dingin.

Informasi di HP gw bahkan beberapa hari belakangan menunjukkan 34˚C feels like 40˚C. Tiap hari gw cek informasi cuaca berharap ada penurunan suhu udara, tapi ga banyak perubahan. Gw berteriak dalam otak tapi ga bisa berbuat apa-apa selain rajin minum air dan sedikit air dingin biar kepala ga berasap.

Kondisi yang super gerah ini bikin gw dan keluarga kecil gw jadi ga nyaman beraktifitas. Gw ga sanggup masak saking panasnya. Rumah gw fentilasinya buruk dan kalau gw masak, sama saja membuat rumah gw jadi seperti tungku pemanas. LOL. Aki (laki gw) sampai harus ganti baju berkali-kali karena bajunya basah dengan keringat. Sementara bocah gw biang keringatnya keluar semua.

Gw sempet mencari informasi penyebab suhu tinggi beberapa hari belakangan, kebanyakan menginfokan tentang masa pancaroba. Perubahan musim mendorong terjadinya cuaca ekstrim.

Tapiii, sejauh yang gw ingat, selama hidup berhadapan dengan pancaroba, belum pernah gw ngerasain suhu ekstrim seperti beberapa hari kemarin. Sepanjang gw tinggal di rumah gw ini yang sudah 8 tahun gw tinggalin, belum pernah sampai separah itu panasnya.

Pernah satu hari dalam kondisi gerah, panas, listrik juga mati. Gw sempet agak resah mikirin cuaca yang panas ga bisa nyalain AC juga kipas. Di saat yang sama Aki juga harus mencari colokan listrik agar laptopnya tetap bisa nyala supaya bisa melanjutkan pekerjaan. Gimanalah nasib kami, itu yang gw pikirin. Hahaha lebay banget.

Berhubung kami suka jalan-jalan ke mall, akhirnya kami memutuskan mencari tempat “pengungsian” di mall yang menyediakan colokan listrik. Duit keluar banyak, sudah ga mikir ke sana deh. Yang penting dapet colokan buat ngecas komputer dan ngadem sebentar. Dengan duit keluar banyak, tentu saja ga mau lewatin kesempatan sekalian cuci mata dan melepas penat. Setelah sekian lama di rumah saja pasca suami terkena covid-19 dan bocah terkena cacar. Sudah berbulan-bulan tidak mengajak bocah bermain keluar, mengunjungi toko buku, dan sekedar naik mobil taksi online.

Bicara tentang taksi online, kami keluarga kecil yang cukup bangga untuk bilang kalau kami tidak punya kendaraan pribadi. Baik itu motor ataupun mobil. Terakhir suami menjual motornya, setelah itu kami memutuskan untuk tidak memiliki kendaraan sama sekali. Kenapa? Karena menurut kami, tidak memiliki kendaraan pribadi jauh memberi kami lebih banyak keuntungan daripada kami harus memilikinya.

Mau ke Pameran Diecast? Naik Trans Jakarta ajaaa.

Dari segi biaya, kalaupun kami membeli kredit, kami masih harus membayar pajak kendaraan, biaya pemeliharaan, asesoris dll.
Dari segi waktu, saat Aki masih pulang pergi dengan motornya, dia lebih banyak terjebak di kemacetan.
Dari segi kesehatan, kami jadi lebih banyak berjalan, Aki juga bisa istirahat, nonton atau melakukan aktifitas menghibur lainnya saat berada di kendaraan umum walaupun harus terjebak macet. Stress jauh lebih berkurang.

Jalan kaki bisa berpetualang ke jalan-jalan yang belum pernah kita tahu. Sambil melihat-lihat langit, tipe-tipe rumah, pohon-pohon, bunga, kelakuan-kelakuan manusia. Seruu.

Selain dengan keuntungan-keuntungan yang kami rasakan itu, kami juga merasa senang bisa menjadi bagian pengguna setia transportasi umum. Harapannya tentu saja agar kemacetan Jakarta berkurang dan terutama udara di Jakarta bisa lebih bersih dari polusi dan karbon monoksida.

Sepenting itukah pemilihan penggunaan kendaraan pribadi atau kendaraan umum? Iyess, buat gw sih penting banget. Apalagi, teman-teman perlu tahu bahwa

Particulate Matter (PM) 2,5 (partikel halus di udara yang ukurannya 2,5 mikron atau lebih kecil dari itu) di Jakarta pernah mencapai 141 mikrogram/m³ (Media Indonesia, 30 September 2019) sedangkan menurut standar WHO untuk kualitas udara yang baik dalam 24 jam hanya memiliki 25 mikrogram/m3 dan menurut standar BMKG 65 mikrogram/m3. Itu berarti PM2.5 Jakarta pernah 5 kali di atas standar PM2.5 WHO atau 2 kali standar PM 2.5 BMKG.

 Ngeriii.


Kualitas udara Jakarta hari ini.


Lucunya, pada masa awal-awal pandemi, BBC mengabarkan,

Pusat Penelitian Energi dan Udara Bersih (CREA) mencatat tingkat gas Nitrogen Dioksida (NO2) di Jakarta turun sekitar 40% dari tahun 2019. Gas-gas polutan lainnya, seperti karbon dioksida, mengalami penurunan dengan berkurangnya jumlah transportasi di jalanan (Liza Tambunan, BBC, Mei 2020).

Tidak heran, sepanjang pandemi bocah gw asmanya ga pernah kambuh karena kualitas udara Jakarta malah jadi membaik. Sebuah ironi.

Namun, tentu saja akan lebih baik jika peningkatan kualitas di Jakarta tidak harus menunggu pandemi lainnya (aduhh amit-amit). Perlu kesadaran dari semua pihak untuk bisa Jakarta menghasilkan udara yang baik dan aman untuk semua masyarakat setempat ataupun pendatang.

Nah, salah satu caranya ya dengan mengurangi penggunaan kendaraan pribadi dan lebih banyak menggunakan kendaraan umum. Ricky Akmuti, manajer Traction Energy Asia, dalam sebuah webinar pada 7 Oktober 2021 lalu, menyatakan bahwa
 
sumber polusi terbesar di Jakarta adalah transportasi darat dengan persentase mencapai 50% (Erwin Prima, Tempo, 2021).

 Lima puluh persen itu setengahnya looh.


Jadi, sudah pasti yang paling banyak harus dirombak adalah gaya hidup kita dalam menggunakan kendaraan bermotor. Apalagi, untuk kita yang punya hobi jalan-jalan.

Dengan semakin berkualitasnya pelayanan transportasi umum, bukankah menggunakan transportasi umum menjadi pilihan yang baik? Jika sedang terburu-buru, kita bisa menggunakan taksi online atau taksi konvensional yang sudah memiliki aplikasi. Kita bisa booking taksi sehari sebelumnya. Jika sedang santai, kita bisa menggunakan kendaraan umum masal yang lebih seru. Bus antar kota, angkot, Trans Jakarta. Serunya bisa melihat berbagai macam orang, melihat berbagai macam kegiatan, juga memahami rute-rute perjalanan. Paling penting, kita tidak perlu berlelah-lelah mengemudi jika sedang terjebak macet.

Serunya naik MRT. Bocah sekalian belajar bagaimana naik angkutan umum dan etika berkendaraan umum

Semakin banyak orang yang saling mengajak dan memberi contoh untuk lebih memilih transportasi umum, akan semakin besar kemungkinan polutan dari kendaraan-kendaraan bermotor semakin berkurang.

Apalagiii, polusi udara itu sendiri merupakan salah satu penyumbang pemanasan global. Di pertengahan tahun 2020 Organisasi Meteorologi Dunia (WMO) memprediksi

kenaikan suhu bumi 1 sampai 1,5 derajat Celsius setiap tahunnya selama 5 tahun ke depan (Ana Shofiana Syatiri, Kompas, 2020).

Jika dihitung, maka tahun 2021 ini kenaikan suhu bumi tersebut sudah dimulai. Gw ga kebayang panasnya bakal kayak apa kalau kenaikan suhu ini dibiarkan saja. Bakal lebih buruk dari beberapa hari yang lalu. Ogahhh ngalamin kayak gitu lagiii.

Jadi, buat kita #MudaMudiBumi , sebagai dukungan kita mendukung segala upaya untuk mengurangi kemungkinan perubahan iklim bumi, kita bisa melakukan hal-hal sederhana melalui hobi kita yang suka jalan-jalan dan travelling nih. Misalnya,

1. Mengurangi penggunaan kendaraan pribadi,

Jika hanya pergi ke mini market tidak ada salahnya jalan kaki saja. Tidak perlu naik motor atau bisa memilih sepeda. Jika mau berjalan-jalan, bisa memilih naik angkutan umum. Apalagi sekarang sudah ada Jak Lingko yang berintegrasi dengan Trans Jakarta. Dengan naik Trans Jakarta kita bisa pergi ke tempat-tempat wisata di Jakarta tanpa terjebak macet atau tersesat. Hampir di semua tempat wisata Jakarta tersedia halte Trans Jakarta. Kota Tua, Kebun Binatang Ragunan, Ancol, dan berbagai mall besar.

2. Jangan lupa mematikan alat listrik sebelum meninggalkan rumah

Pastikan kamu jalan-jalan dan travelling dengan rasa aman dan tenang pastikan kamu sudah meninggalkan rumah dengan peralatan elektronik yang sudah dimatikan. Lupakan alasan “agar saat pulang kamar adem” sehingga kita meninggalkan kamar dengan AC atau kipas angin menyala. Boros listrik cuy.

Lepaskan kabel alat-alat elektronik dari stop kontak kecuali kulkas. Selain untuk menjaga keamanan rumah, tentunya untuk menghemat penggunaan listrik.

3. Pilih tempat-tempat wisata dengan area terbuka

Selain tempat wisata yang berada di area terbuka lebih aman dikunjungi pada saat pandemi seperti ini, kita juga telah mendukung mitigasi perubahan iklim dengan mengurangi penggunaan listrik berlebihan. Sehat tubuh kita, sehat mata kita melihat pemandangan, dan sehat juga lingkungan kita.

Walaupun tiga hal itu terdengar sangat sederhana dan bagian kecil dari melakukan hobi kami sekeluarga untuk jalan-jalan, tapi tindakan-tindakan kecil tersebut dapat membantu mitigasi perubahan iklim. Bayangkan jika lebih banyak orang melakukannya. #TimeForActionIndonesia, mulai dari hal-hal kecil yang bisa kamu lakukan lewat hobimu. Semakin banyak yang bergerak, mungkin bumi kita akan lebih cepat pulih.

Untuk itu, di bulan Oktober ini, #UntukmuBumiku, 

gw berjanji ketika travelling akan lebih banyak menggunakan kendaraan umum

Segera pulih bumiku supaya anak-anakku juga bisa menikmati indahnya Bumi dan seisinya.


Notes: Teman-teman, kamu suka menulis di blog? Yuk gabung di grup para blogger, Blogger Perempuan. Cek IG dan FBnya ya.


1 Comments