[PARENTING] Ngasih Bocah Main PS




Yesss, akhirnya nulis lagi...pasti ga ada yang nungguin postingan saya. Hehehhehe. Namanya juga blogger suka-suka. Ga ada target yang dikejar.

Bulan Juni kemarin mabok nyoret-nyoret karena, Puji Tuhan, banyak pesanan sketsa wajah. Walaupun kebanyakan pesan yang kecil-kecil, tapi lumayan untuk nambah-nambahin uang belanja dapur atau uang jajan mamah buat beli kosmetik. Hehehehe.


Selama liburan sekolah ini, lumayan ngurangin stresslah karena ga perlu kejar-kejaran sama waktu. Biasanya harus bangun pagi-pagi banget buat nyiapin bekal dan siap-siap bocah sekolah. Liburan ini palingan bangun pagi buat fokus bikinin bekal laki. Secara laki berangkatnya lebih siang dari jam berangkat sekolah bocah, saya jadi lebih santai nyiapin bekal.

Seandainya liburan ini bisa lebih panjang, pengen aja sih. Ahahhaa. Bocah juga pasti maunya gitu.




Sejak awal liburan saya dan laki sepakat mengijinkan bocah untuk main PS 4. Tentunya dengan syarat, dia harus jadi anak yang patuh. 

Mengijinkan bocah main PS 4 juga tidak semata-mata kami asal ijinkan. Kami mempertimbangkan beberapa hal. Bocah suka game, tapi kami agak khawatir jika harus mengijinkannya bermain game dari smartphone. Dengan akses yang hampir tak terbatas, bisa main sambil, duduk, berdiri, rebaha, ke toilet....Wajar kalau game smartphone bisa menjadi candu. Mata hanya melihat ke layar hp tanpa henti.

Kami pernah mengijinkan bocah bermain dari ipad dan kami shock sih setelah beberapa hari. Bocah jadi mudah marah. Kalau kalah, dia akan emosi dan memukul Ipadnya. Akhirnya kami putuskan untuk mengambil Ipadnya dan tidak membiarkannya bermain smartphone. Kami mengijinkan ia bermain pada saat di luar rumah saja. Saat harus menunggu Papa Mamanya mengurus sesuatu yang mau ga mau harus membawa dia ikut serta. Tapi, jika sudah di rumah, sekarang dia otomatis akan segera memberikan hp mamanya. 

Tempat lain ia bisa bermain smartphone adalah di rumah Opa Omanya. Di sana dia diberi akses bebas bermain smartphone, makanya betah nginap di rumah Opa Omanya. Tapi, belakangan Omanya mulai kuatir dengan mata bocah. Saya tidak bisa melarang apa yang ingin diberikan Opa Omanya, akhirnya saya mengajarkan Omanya untuk memberikan timer saat bocah bermain hp. Puji Tuhan, Omanya juga pinter menjelaskan pada bocah kenapa harus istirahat. Omanya bilang supaya matanya tidak kecil, harus istirahat dulu, tidak boleh kelamaan bermain hp. Penjelasan ini ternyata berhasil dan diingat terus sama bocah.

Sama seperti hp, bermain PS4 juga kami beri batasan dengan menggunakan timer. Maksimal 2 jam per hari dan 3 jam di akhir pekan. Mungkin karena sudah mau 5 tahun, tanpa perlu diomelin, bocah langsung mematikan PSnya saat timer sudah menunjukkan waktu sudah habis. Kami juga memujinya saat dia taat dengan waktu yang telah kami tetapkan.





Alasan lain kenapa kami lebih mengijinkan bocah bermain PS 4 daripada hp karena saat bermain PS dia hanya akan bisa duduk di depan tv. Jika harus ke toilet dia akan meninggalkan tempat duduknya dan memberi jeda antara dirinya dan game. Permainan yang diakses juga terbatas. Kami hanya mengijinkan permainan yang sesuai umurnya. Dia tidak bisa mendownload secara bebas game-game yang ada karena harus bayar atau menggunakan email dan password.



Selain itu, beberapa game PS bisa dimainkan bersama dan interaktif. Jadi, kadang Papanya menyediakan waktu untuk main dengannya pada saat weekend. 

Selama beberapa minggu ini mengijinkan dia bermain PS, Puji Tuhan menunjukkan perkembangan yang baik. Dia mulai sabar menunggu jadwal bermain PSnya walau terkadang kepo sekali. Bolak balik melihat jam berharap alarm segera berbunyi, tanda waktunya ia boleh main.

Yah, gitulah kalau emak bapaknya suka game juga. Kami tahu rasanya kalau kesenangan diambil secara paksa. Daripada dilarang dan akhirnya bocah cari kesenangan diam-diam di luar rumah, lebih baik diberi batasan. Anak senang orang tua tenang, Hehehehe.







Jangan lupa subscribe blog ini ya buat dapet info postingan terbaru atau follow IG saya di @lasma_manullang

2 Comments