Stocksnap |
Hari itu aku dan suami beribadah seperti biasanya. Tidak, hari itu tidak biasa
karena untuk kedua kalinya bocah kami mau ditinggalkan Sekolah Minggu
sendirian. Jadi, aku bisa beribadah bersama suami (akhirnya).
Hanya saja, ada yang berbeda
dalam diriku. Sesuatu yang samar sepertinya membuatku tidak bisa konsen
beribadah. Aku sibuk memandang dan mengamati Worship Leader (WL) dan singer
yang tampil lumayan mencolok hari itu. Atasan hijau muda dan bawahan
putih.
Terlintas dikepalaku
komentar-komentar teman-teman socmedku tentang bagaimana gereja saat ini hanya
menjadi ajang konser atau hiburan. Terlihat megah tapi kosong. Aku tidak pernah
mengaminkan pernyataan itu tapi hari itu sepertinya aku mengaminkannya. Aku
mulai sibuk menilai suara singer mana yang bagus bahkan menganggap WL kurang
"ngeroh" karena tidak "mampu" membuatku merasakan hadirat
Tuhan.
Aku sadar pikiranku salah dan
berusaha untuk mulai fokus pada Tuhan, tapi tetap saja sulit untuk bisa fokus
mengangkat pujian dan penyembahan. Aku mencari-cari, tapi tidak bisa
"naik". Sampai Ps. J.J. Simkoputera naik ke atas mimbar dan mulai
menyanyikan penyembahan.. Oke, aku mulai konsen dan lumayan bisa nyambung tapi
tetap saja tidak seperti biasanya.
Kotbah hari itu membahas tentang
saat pertemuan pribadi Simon Petrus dan Yesus setelah Ia bangkit dari kubur.
Aku tidak terlalu ingat isi kotbah secara mendetail. Aku mendengarkan, tapi
tidak mengunyahnya dengan seksama.
Sampai ayat itu dipampang di
layar
Yohanes 21:15-17 (TB) Sesudah sarapan Yesus berkata kepada Simon Petrus: "Simon, anak Yohanes, apakah engkau mengasihi Aku lebih dari pada mereka ini?" Jawab Petrus kepada-Nya: "Benar Tuhan, Engkau tahu, bahwa aku mengasihi Engkau." Kata Yesus kepadanya: "Gembalakanlah domba-domba-Ku."Kata Yesus pula kepadanya untuk kedua kalinya: "Simon, anak Yohanes, apakah engkau mengasihi Aku?" Jawab Petrus kepada-Nya: "Benar Tuhan, Engkau tahu, bahwa aku mengasihi Engkau." Kata Yesus kepadanya: "Gembalakanlah domba-domba-Ku."Kata Yesus kepadanya untuk ketiga kalinya: "Simon, anak Yohanes, apakah engkau mengasihi Aku?" Maka sedih hati Petrus karena Yesus berkata untuk ketiga kalinya: "Apakah engkau mengasihi Aku?" Dan ia berkata kepada-Nya: "Tuhan, Engkau tahu segala sesuatu, Engkau tahu, bahwa aku mengasihi Engkau." Kata Yesus kepadanya: "Gembalakanlah domba-domba-Ku.Bacalah lengkap Yohanes 21
Aku terpaku dan dada ini
tiba-tiba terasa sesak. Aku seperti berada di posisi Petrus yang menyangkal
Yesus 3 kali.
Dulu, aku pikir Yesus menanyakan
hal itu sampai tiga kali karena ingin memastikan isi hati Petrus. Ingin
memastikan kasih Petrus kepada-Nya. Tapi, hari itu mataku terbuka. Tuhan Yesus
tidak segitunya seolah memohon kasih Petrus pada-Nya. Bukan. Justru pertanyaan itu adalah tanda kasih-Nya pada Petrus.
Mengapa begitu??
Bayangkanlah kita adalah Petrus.
Tiga kali menyangkal Yesus dan meninggalkan-Nya menderita sendirian di kayu
salib. Bagaimana perasaan kita pada diri kita sendiri? Apa yang kita lihat pada
diri kita sendiri?? Bukankah kita menganggap diri kita pengecut? Bukankah kita
akan meragukan kasih kita kepada Yesus? Kita mengatakan mengasihi Dia, tapi di
saat ada tekanan kita menyangkal Dia bahkan meninggalkan-Nya... Kasih macam
apakah itu?? Bukankah kita menganggap diri kita seorang pecundang??
Tapi Dia tidak memandang Petrus
sebagai pecundang. Dia tidak memandang Ia rendah. Bahkan dalam pertemuan itu
Dia tidak bertanya, " Mengapa kamu menyangkal Aku?" atau "
Mengapa kamu lari dan kembali menjadi nelayan?" Dia malahan menyuruh
Petrus kembali menebar jala ke sebelah kanan untuk mendapatkan ikan dan
membuatkan sarapan untuknya dan pertanyaan itu pun Ia tanyakan.
Apakah kau mengasihi Aku??
Dalam keraguan akan kasih kepada
Kristus, pertanyaan " Apakah kau mengasihi Aku?" seperti pertanyaan
yang menohok. Pertanyaan yang awalnya membuatku merasa tertuduh. Tapi, saat
pertanyaan itu ditanyakan berulang, ada sesuatu yang bulat di dalam hati,
" Iya, aku mengasihi Engkau, Tuhan." (sekalipun aku pernah
menyangkalmu, tapi kasihku ini sungguh-sungguh).
Baca Juga TAAT MENABUR DAN MENYIRAM
Pertanyaan Yesus kepada Petrus
bukanlah untuk meyakinkan Yesus bahwa Petrus mengasihi-Nya, tapi justru untuk
meyakinkan Petrus bahwa ia mengasihi Yesus sekalipun ia menyangkal Yesus sampai
3 kali.
Dadaku seperti dipukul saat
menerima kebenaran ini. Seperti ada buku terbuka di hadapanku dan
memperlihatkan semua kebenaran yang selama ini aku tidak tahu.
Tuhan harus mengingatkan aku
berkali-kali bahwa aku mengasihi Dia, supaya aku sanggup untuk bangkit dan
berjalan lagi di dalam terang-Nya. Dia harus mengingatkan aku berkali-kali
bahwa aku mengasihi Dia sekalipun banyak kegagalan yang aku lakukan. Sekalipun
aku tidak sempurna. Sekalipun pelayananku tidak ada harganya.
Tuhan tidak perlu tahu apakah aku
mengasihi Dia atau tidak karena Dia sendiri pasti tahu seberapa besar kasihku
pada-Nya. Justru akulah yang harus tahu bahwa aku mengasihi Dia. Bisingnya
dunia dan segala penuduhan membuat apa yang aku rasakan pada Tuhan menjadi
seperti pudar dan buram. Kita menjadi takut menjadi seorang pelayan Tuhan dalam
kebenaran. Kita menyembunyikan banyak hal di dalam hati kita... Tertuduh dan
merasa busuk.
Tuhan tahu, Petrus tidak akan bisa
dipakai menjadi penjala manusia yang dahsyat jika Petrus hidup dalam
penuduhan. Karena itu, Dia bertanya sampai 3 kali. Sama seperti Petrus
menyangkalnya 3 kali. Ia memulihkan Petrus dari segala macam penuduhan.
Aku tahu Tuhan itu baik dan kasih
setia-Nya tidak terkira. Tapi hari itu, aku melihat kasih Tuhan lebih besarrr
dari yang pernah aku bayangkan sebelumnya. Aku merasa merdeka, penuh, kenyang, dan sukacita. Hatiku penuh sampai meluap-luap. Kalau aku disebut gila
karena percaya pada-Nya sebagai Tuhan dan Juruselamat, aku akan bersukacita
karena aku gila.
0 Comments