edar |
Awal-awal saya ngeblog itu sebenarnya waktu mulai ada Friendster. Dari Friendster saya pindah ke Multiply, akhirnya saya pindah ke Blogger karena kebanyakan teman blog memakai blogger.com dan akhirnya menua di blog ini.
Kenapa waktu itu saya mulai ngeblog? Waktu itu saya cuma pengen punya seperti diari. Tempat menuliskan uneg-uneg, perasaan, dan pikiran saya yang kadang tidak bisa disampaikan pada orang lain secara verbal. Sampai hari ini fungsi blog ini pun seperti itu. Tempat meluapkan pemikiran dan perasaan yang tak tertumpahkan.
Blog ini jadi sering saya isi saat sedang pacaran sama suami. Saat itu sedang ramai-ramainya tema hubungan pra nikah diantara para blogger Kristen wanita muda. Saya mengikuti beberapa blogger yang sangat menginspirasi, tapi sekarang sudah tidak mempublish tulisan mereka secara umum karena masalah privacy. Beberapa teman juga sudah tidak terlalu aktif (kangen dehhh). Saya sendiri masih melanjutkan karena suka. Berasa buang sampah aja.
Kadang-kadang dari blog ini juga mendapat bonus kerja sama dari beberapa brand dengan menulis artikel dan sebagai bayaran, saya mendapatkan reward. Lain waktu saya akan iseng-iseng ikut lomba blog untuk menantang diri sendiri menulis dengan lebih baik. Tapi ternyata tidak mudah. Hehehe. Ga masalah sih karena dari ikut lomba blog bisa stalking blog para pemenang dan belajar dari mereka.
Tapi, kayaknya saya ga pinter ikut lomba juga. Gimana pun harus ada niat kan. Kebanyakan pemenang menulis dengan sangat detail dengan banyak sumber serta gambar dan infografis yang mendukung. Sedangkan, saya lebih suka menulis singkat dan langsung pada intinya. Kalau pun sampai panjang lebar, biasanya supaya tidak ada miss persepsi.
Sampai saat ini ngeblog dan menulis tetap menjadi salah satu bagian cara saya untuk melepas stress dan menjadi diri sendiri. Seperti rumah di mana saya bebas menulis apa yang saya suka. Walaupun tetap ada beberapa hal yang saya simpan karena blog ini ditulis untuk publik. Yang pasti, rasanya lebih puas menulis di blog dibandingkan menulis di social media seperti Facebook atau Instagram.
Rasanya berbeda saat menulis di social media, banyak pertimbangan seperti teman yang akan tersinggung atau menjadi salah paham. Ada pula mungkin yang jadi ikut komentar padahal tidak tahu benar masalah yang sebenarnya. Paling sering terasa ya keterbatasan kata-kata yang bisa digunakan. Di Instagram terutama.
Ngeblog benar-benar jadi rumah untuk berpidato hahhaha...
Di sisi lain, ternyata bisa juga menjadi portfolio tulisan-tulisan kita yang ternyata dinilai orang lain cukup berkualitas. Walaupun kita sendiri tidak merasa demikian.
Ah, ya satu lagi.. tempat membuang 20.000 kata yang katanya wanita harus mengeluarkan kata-kata sebanyak itu dalam sehari agar tidak stress. Saya sendiri sepertinya tidak bisa mengeluarkan kata-kata sebanyak itu. Kalau tersimpan di kepala, mungkin iya hahhaha.
Rasanya berbeda saat menulis di social media, banyak pertimbangan seperti teman yang akan tersinggung atau menjadi salah paham. Ada pula mungkin yang jadi ikut komentar padahal tidak tahu benar masalah yang sebenarnya. Paling sering terasa ya keterbatasan kata-kata yang bisa digunakan. Di Instagram terutama.
Ngeblog benar-benar jadi rumah untuk berpidato hahhaha...
Di sisi lain, ternyata bisa juga menjadi portfolio tulisan-tulisan kita yang ternyata dinilai orang lain cukup berkualitas. Walaupun kita sendiri tidak merasa demikian.
Ah, ya satu lagi.. tempat membuang 20.000 kata yang katanya wanita harus mengeluarkan kata-kata sebanyak itu dalam sehari agar tidak stress. Saya sendiri sepertinya tidak bisa mengeluarkan kata-kata sebanyak itu. Kalau tersimpan di kepala, mungkin iya hahhaha.
Jangan lupa subscribe blog ini ya buat dapet info postingan terbaru atau follow IG saya di @lasma_manullang
0 Comments