Hi Gorgeous!!
Sudah lama tidak nyampah di sini. Berhubung anak udah mulai aktif Kegiatan Belajar Mengajar dan emaknya sibuk jalanin bisnis ilustrasi, blog ini jadi agak berdebu (tiup kenceng.. Fuhhh... Ohok.. Ohok)
Tapi, tentu saja blog tersayang saya ini tidak boleh sampai jadi blog tak bertuan yang tahu-tahu nanti jadi punya orang. Jadi, hari ini saya menguatkan diri menulis sedikit curhatan saya seputar pernikahan.
Sudah pasti saya bukan ingin membocorkan isi dapur pernikahan saya, tapi tentang pergumulan yang biasanya umum sekali para pasangan hadapi.
Iya, tentang bahwa dalam pernikahan kata-kata cinta memang tidak pernah cukup. Yang udah nikah pasti pada bilang AMIN dan lanjut ngeluarin daftar... Nikah itu juga butuh tindakan, pengertian, uang dst..dst.. Wakwakwak.. Harap tenang ibu-ibu.
Kenapa ya kata-kata cinta tidak pernah cukup?? Iyalah ga cukup saat tindakan tidak berbicara sekeras ucapan. Ga akan cukup kalau kita bilang cinta suami, tapi masih suka ngomong kasar dan ga hormat. Ga akan cukup kalau kita ga mau mendengarkan. Ga akan cukup kalau kita bicara pada suami selalu tentang "aku.. aku.. aku dan aku". Nyalahin suami dari A sampai Z lalu balik ke A lanjut ke Z lagi.
Begitu pun sebaliknya bapak-bapak. Kami para istri udah ga mempan dirayu dengan gombalan kelas dunia sekalipun (mungkin mempan sedikiiiit). Tapi perhatian kecil pun bisa meluluhkan hati kami para istri. Dibuatkan teh saat istri kelelahan selesai beberes rumah. Pijatan kecil juga ampuh. Apalagi kalau memberikan kami sedikit kelonggaran untuk Me Time 2 - 4 jam saja tanpa rutinitas atau anak-anak. Sebentar memikirkan kebutuhan kami sendiri.
Pernikahan memang tidak mudah kan ibu-ibu?? (Setuju!!!)
Awal-awal menikah, saya pikir masa penyesuaian mengenal pasangan adalah masa paling sulit.,tapi ternyata masa memiliki anak yang paling membuat "gila". Semua borok keluar. Dari boroknya pasangan sampai boroknya diri sendiri. Sering kali kita malah menghakimi kelemahan-kelemahan kita sendiri sebagai ibu dan istri. Seperti jeruk peras yang ditekan sampai sari buah habis tak berbekas. Perasan itu akhirnya tergantung kita sendiri, mau merespon dengan manis atau dengan kecut.
Ga jarang ibu-ibu seperti kami selalu diingatkan untuk mengutamakan suami, tapi tetap saja kami lebih berfokus pada anak karena kebutuhan anak yang lebih banyak bantuan. Kalau suami terabaikan, ibu dianggap lalai. Kalau anak terabaikan, ibu dianggap SANGAT lalai. Kalau ibu mengabaikan dirinya sendiri, ibu dianggap malas, tidak bisa bagi waktu dll. Seolah ada titah tak tertulis "Emak-emak ga boleh punya cacat cela!" (Robot aja punya batasan cuiii)
Kasian bangeettt kita maaakkk. Tutup kuping akhirnya jadi solusi supaya kita tidak jadi "gila" dengan standar2 manusia yang kadang ga ada ampun...
Kata-kata cinta "I love you" mungkin bisa membuat kami tersenyum manis. Tapi kata-kata cinta "Terima kasih Mama untuk kerja kerasmu." bisa membuat hari para ibu-ibu yang membatu (supaya kuat berjuang), bisa meleleh seperti es lumer di siang bolong yang terik.
Sementara itu ibu-ibu... Mungkin inilah yang bisa kita lakukan dalam pernikahan supaya tetap ada sukacita di dalam rumah tangga kita.
Jatuh cinta tidak abadi..
Tapi Cinta bisa..
Asal memutuskan untuk mencintai setiap hari..
Mengampuni setiap hari...
Mencintai sekali lagi..
Lagi..
Lagi..
Dan lagi..
Selalu mengingat pasangan kita tak sempurna...
Sama seperti kita juga tidak sempurna....
Satu lagii... Kata-kata cinta tidak akan pernah cukup tapi bukan berarti harus dilupakan. Biarkan keduanya sejalan antara kata-kata dan tindakan.
Semoga curahatan simpel saya ini bisa memberi kesejukan di hati para istri dan ibuk-ibuk. Semangat mak!!
Pic: StockSnap, Ryan McGuire, Canva
6 Comments