Stocksnap, pixabay |
Suatu hari adik saya bilang, "Lo sih orangnya ga mau ngerengek yaa."
Saya menggeleng mantap. Sejak kecil sakit2an, ngabisin uang ortu cuma buat beli obat... Mau ngerengek gimana lagi?? Rasanya sebagian besar usia saya sudah cukup merepotkan orang lain.
Dari kecil punya prinsip, ga mau nyusahin orang lain. Kebawa sampai besar. Selama bisa dikerjain sendiri ga akan minta bantuan.
Pernah beberapa kali mencoba minta bantuan dan hasilnya ga ada kerelaan dari bantuannya. Ada kata "ngerepotin banget sih" dalam intonasi dan perilakunya. Dari situ makin konfirmasi, jangan nyusahin orang.
Bagus ga sih sikap kayak gini?? Ada bagusnya ada ganya. Bagusnya ga repotin orang. Ga bagusnya apa2 ditanggung sendiri. Single fighter dan itu ga sehat secara psikologis. Sampai di titik terendah ya bisa merasa ditinggalkan, merasa tidak dicintai, atau diabaikan.
Sasint, Pixabay |
Sampai sekarang trait saya yang satu ini ga berusaha saya ubah (pernah nyoba dan berakhir dalam rasa frustasi). Saya nyaman sendirian dan berusaha sendirian. Kadang ada saatnya terbuka dengan orang lain tapi hanya sebatas kewajiban dan ga memberi kelegaan malah keganjalan. Lebih suka duduk diam berdoa, nangis-nangis sampai hidung meler mata bengkak dan cuma Tuhan yang tahu isi koreng-korengnya saya.
Saya mengasihi keluarga saya, sahabat saya, tapi saya ga bisa begitu saja percayakan isi hati saya. Bukan ga mau, tapi ga bisa dan ga tahu caranya. Kalau dibilang "ribet banget sih lo, tinggal cerita doang.." saya juga bingung kenapa saya segitu ribetnya.
Apakah akhirnya saya orang yang ga pernah menyatakan isi hati dan pikiran?? Tetap menyatakan, tapi biasanya lebih ke pemikiran daripada perasaan. Kadang saya melemparkan pendapat malah saat santai jadi orang-orang yang bersangkutan bisa menerima omongan saya. Mungkinnnnn... Saya terlalu berusaha menjaga perasaan orang.
Menyampaikan pikiran buat saya mudah tapi soal rasa... Ga tahu caranya kecuali udah meledak. Itu saja kadang tidak keluar semua. Saya ga mau orang lain melihat saya menangis.
Saya ga tahu apakah semua orang introvert cara berpikirnya sama seperti saya . Makin terbeban saat dituntut buat terbuka. Kalau pengen cerita pasti akan cerita, tapi ga bisa yang dari A sampai Z. Palingan dari A sampai J. Pertimbangannya kalau cerita A sampai Z takut terjadi a, b, c.... .. Apakah kamu sudah mabok membaca penjelasan saya ini??
dife88, pixabay |
Makin terbeban lagi saat orang lain melihat kita aneh karena asik sendirian, suka mengambil keputusan absurb atau kadang bikin orang kaget heran dan bilang "Siapa elo?" saking jarangnya menunjukkan jati diri yang sesungguhnya (Bunglon). Giliran nongol warna dalemnya pada shock...
"Terus apa hubungannya sama minta tolong, Las??"
Saya juga sebenarnya bingung, tapi kamu pasti bisa menarik benangnya yaaa hahaha. Ini cuma sedikit curahan hati ga penting, melankolis, dan ga berfaedah. Tapi kalau kamu senasib dengan saya dan mau keluarin uneg-uneg boleh komen di bawah.
Mungkin sesama orang absurb bisa saling mendukung dan mendoakan ..
Apa pun itu saya cuma percaya kekurangan saya ini jadi kekuatan juga. Biar Tuhan yang beri pengertian yang benar supaya saya berubah. Bukan untuk menjadi disukai orang lain pastinya, tapi karena saya tahu belajar dan berubah itu baik buat saya nantinya.
Semangat. Tuhan memberkati.
3 Comments