Hi Georgeous!!
Siapa di sini yang sudah ibu-ibu dan baru punya anak pertama yang usianya antara 2 sampai 4 tahun?? Tunjuk tangan!!
Sebelum saya menulis postingan ini, saya melihat gambar ini di FB dan langsung ngakak sambil manggut-manggut.
Iyeee!! Bisa dibilang perkembangan anak usia 2 tahun ke atas sampai menjelang 4 tahun adalah masa paling krisis buat.. Mama... Minimal buat Mama. Bukan cuma karena keaktifan si bocah yang sedang senang-senangnya bereksplorasi, tapi juga karena kemampuan berpikir dan emosional yang makin beraneka ragam.
Gi menjelang usia 4 tahun tingkahnya makin ada aja. Saya sebagai Mama Introvert (Oh, God help me!) butuh tenaga ekstra baik fisik maupun emosional.
Mungkin ada beberapa tingkah Gi ini yang sama seperti anak-anak para bunda juga.
Baca juga [Parenting] Mencari TK Untuk Gi
1. Dari yang bilang Ya tiba-tiba bisa bilang Tidak.
Salah satu kasusnya saat kami harus berangkat ke sekolah. Kami berangkat sekolah terbiasa naik angkot warna merah atau kuning. Hari itu saya bilang pada Gi kita naik angkot kuning ya karena sudah terlambat dan angkot yang sudah terlihat angkot kuning. Gi menjawab Ok dengan mantap, jadi tanpa ragu saya membawa dia naik ke angkot kuning.
Tapi tiba-tiba dalam perjalanan dia merengek "Ga mau mobil kuning. Tidak mau yaaa..." *Mama jambak2 rambut. Sepanjang perjalanan kami berdebat "halus". "Tadi kan Gi mau naik mobil kuning. Kok sekarang ga mau??"
Namanya balita ya belum bisa jelasin, dia cuma mengulang mengatakan "Tidak mau mobil kuning yaa. Jangan gitu yaaa."
Sampai turun dari angkot drama masih berlanjut. Gi ga mau jalan ke sekolah. Saya harus bujuk-bujuk dan ujung-ujungnya pura-pura 'Mama saja yang berangkat sekolah'. Akhirnya Gi mau sekolah, tapi sejak hari itu saya sempat psikosomatis (sakit badan karena stress) beberapa minggu karena Gi menunjukkan kelakuan yang sama dengan alasan yang berbeda.
Puji Tuhan makin ke sini, Gi makin bisa mengerti. Saya belajar memahami dia dan mengkomunikasikan apa yang saya harapkan dari dia tanpa mengabaikan keinginan Gi juga. Benar-benar belajar mendengarkan.
Baca juga Tabungan Untuk Gi
2. Ga mau makan tapi pas makanan sudah dibereskan ngamuk minta makan.
Ini juga salah satu tingkah Gi yang bikin rambut saya rontok parah (mungkin). Saya punya prinsip untuk ga maksa anak makan. Kalau dia lapar, pasti minta makan. Sebisa mungkin juga saya mengusahakan Gi bisa makan bersama dengan Papa Mamanya, terutama saat weekend.
Gi ini punya kebiasaan makan lauknya dulu sampai habis baru setelah itu makan nasinya. Baru beberapa bulan belakangan ini tiap mau makan nasi, dia selalu minta disuapin.
Saya kan tipe Mama yang ga sabaran. Jadi, kalau dia makan lama, saya bisa mencak-mencak. Kalau dia ga buka mulutnya, saya tanya "Masih mau ga? Kalau ga mau, Mama beresin." kalau saya sudah bicara seperti itu Gi baru buka mulut.
Pernah beberapa kali, dia tidak juga membuka mulutnya dan saya putuskan dia sudah kenyang. Saya bawa makanan itu ke dapur dan membereskannya. Tahu-tahu dia datang dari ruang tamu dengam wajah tidak terima. "Mau mamam! Jangan gitu yaaa!" sambil pasang tampang ga suka dan ga terima.
Mama rasanya mau jedotin kepala ke tembok.
Baca juga Mengajarkan Disiplin Tidur Malam Pada Gyan
3. Nyuruh Mama atau Papa minta maaf atau berdiri di pojokan kalau bikin hal yang dia ga suka.
Kami punya cara mendisiplinkan Gi. Kalau sampai beberapa kali diingatkan masih melakukan kesalahan yang sama, dia harus berdiri di pojok khusus selama beberapa lama. Kalau Papa Mama sudah bilang cukup, baru kami ajak bicara dan ingatkan apa tingkahnya yang salah serta memastikan dia berjanji tidak akan mengulangnya (ya walau pasti akan diulang, belajar butuh proses).
Nah, beberapa bulan ini setiap kali ada keputusan kami, orang tuanya, yang dia tidak suka, dia pasti menyuruh kami berdiri di pojok atau meminta maaf. Seperti kemarin saat saya mengambil uang dari tangannya untuk bayar angkot karena dia terlalu lama bergerak sedangkan mobil sudah antri macet (tahu kan angkot kayak apa) di belakang..Dia protes dan ngomel selama perjalanan dari depan gang sampai pintu gerbang kontrakan.
"Ga boleh gitu yaaa! Say sorry!" dia ambil tangan saya dan memaksa saya menyalam tangannya.
Saya antara mau ketawa dan enggan (masalah harga diri orang tua) . Tapi jadi ingat bagaimana saya mengajarkan dia meminta maaf pada temannya jika ia berbuat salah. Iya, bagaimana pun perkataan saya sebagai orang tua harus bisa selaras dengan tindakan saya.
Saya minta maaf padanya tanpa kata 'tapi' dan akhirnya ia bisa terima dan berhenti ngoceh.
Serius... Kamu baru 3 tahun Gi... Iya mau 4 tahun tapi kelakuan kayak orang gede *Mama ngakak sambil nangis aja deh.
Tapi dari semua kelakuannya yang bin ajaib, memang saya justru belajar banyak. Saya mengingatkan diri sendiri kalau anak saya ini adalah seorang pribadi. Dia punya pikiran, dia punya perasaan, dia melihat dan merasa. Sama seperti saya.
Jadi, apa pun yang saya ajarkan padanya, berikan padanya jangan pernah lupa kalau anak saya ini seorang pribadi bukan sebuah objek. Walau terkadang memang sering lupa untuk mengingat hal ini. Apalagi saat lelah dan banyak pikiran... Sebisa mungkin saya belajar tidak mengesampingkan keberadaannya (ini susah banget bukan berarti ga bisa).
Dan Gi, kapan pun kamu baca ini lalu kamu sudah punya anak yang model begini, catat yaa.. Sabar-sabar pada anakmu karena di benar-benar mewariskan DNA-mu. Nikmatiiiii... Xixixixi
8 Comments