pIXABAY |
Ini pasti sering jadi dilema ibu-ibu yang secara keuangan pas-pasan atau malah kekurangan. Sudah memilih menjadi IRT biar fokus urus anak, tapi malah ikutan pusing juga mau cari duit tambahan gimana. Demi dapur bisa ngebul-bul.
Salah ga ya IRT cari uang tambahan??Menurut saya pribadi ga salah. Yang salah kalau urusan cari uang tambahan malah jadi yang terutama dibandingkan urusan keluarga. Namanya aja IRT, job desk utamanya ya mengurus rumah.
Aku ngomong gini bukan berarti ga pernah terjebak di situasi tersebut. Pernah banget dan bikin stress bukan kepalang. Sampai kadang lupa kalau nafkah itu tanggung jawab suami, kita cuma asisten mengatur dan memastikan uang yang diberikan cukup. Walau bagi uang biar cukup itu juga sama capenya kayak nyari uang itu sendiri hahahha.
Tapi ya itu, harus tahu posisi kita sebagai istri dan IRT itu seperti apa. Kadang ya, sadar ga sadar kita suka greget kan kalau duit serba kurang dan pengen banget cepat dompet terisi penuh. Sedangkan mungkin di kantor gaji suami ga naik-naik. Apalagi kalau butuh uang lagi kepepet.
Sering ga nemu kita langsung greget cari solusi, cari uang tambahan sampai stress sendiri? Bukan ga boleh nyari uang tambahan, tapi kadang kita menaruh beban suami ke bahu kita sendiri.
"Tapi kan beban kayak gitu harus ditanggung sama-sama, Las!"
Iya!! Bener bangettt, tapi bukan berarti ngambil porsinya orang. Suami istri punya beban masing-masing. Waktu saya memutuskan untuk jadi IRT saya sadar banget kalau beban saya mengurus rumah, memelihara seisi rumah agar punya pakaian bersih dan makanan sehat. Tapi saat rumah tangga lagi butuh uang tambahan, saya ga ragu menyisingkan lengan baju buat lembur lebih malam. Kerjain Oriflame, translate buku, jualan ini itu. Bagus kan? Bagus banget! Jadi ga bagus waktu saya lupa menyediakan pakaian bersih, makanan sehat, dan tempat yang nyaman untuk suami saya pulang.
"Emang lo pernah kayak gitu Las?"
Pernah!!! Dan saya merasa sangat buruk. Merasa bersalah sama suami, tapi marah juga sama suami, marah sama anak, malah sempet marah sama semua orang dan Tuhan hahahha. Parah kan?? Itu karena saya menaruh semua beban yang seharusnya ada di pundak suami saya, saya taruh di bahu saya.
Suami mah kerja biasa. Melakukan tanggung jawabnya dengan baik, tapi sikap hati saya yang ga sabaran, yang ga mau tenang membuat saya ikut-ikutan menaruh beban itu di bahu saya dan malah menyeret tanggung jawab saya sendiri di belakang sampai tercecer berantakan.
Akhirnya saya sudah bertobat. Tuhan mengingatkan saya untuk tenang dan belajar percaya pada suami saya bahwa dia memang bisa menjadi sumber. Bisa menjadi pemimpin di dalam rumah. Bisa menyediakan dana atau apa pun itu untuk perut dan badan kami. Saya sebagai istri boleh membantu dan berusaha, tapi jangan menaruh beban itu di bahu saya sendiri.
Waktu sadar hal ini, rasanya plong yaa. Jalanin semua lebih tenang. Ada masalah keuangan lebih tenang. Bener lohh... Satu saat kami ada masalah keuangan dan saya berusaha untuk tenang dan tidak melangkahi suami, ternyata dia bener-bener menyediakan. Mengorbankan hal-hal yang berharga buat dia dan kesenangannya supaya kami bisa tetap "kenyang".
Berarti istri-istri yang kerja ga percaya sama suami? Bukan gitu juga. Ini lebih ke masalah sikap hati. Intinya, kita sebagai perempuan, sebagai istri ya belajar untuk tenang, belajar percaya sama suami tanpa seradak seruduk mengambil keputusan karena melihat suami lebih banyak diam dan mikir. Yang dipikirin juga ga dikeluarin, jadinya kita asumsi suami kita ga mikirin apa-apa dan terkesan terlalu cuek. Bukankah kebanyakan suami begitu? Hehehehehe...
Jadi ya akhir-akhir ini belajar ngomong ke diri sendiri, menyelesaikan tanggung jawab sendiri sebagai IRT adalah salah satu bantuan terbaik untuk suami. Nyari uang tambahan adalah bantuan ekstra. Ini bukan saran atau masukan, tapi Tuhan serius memerintahkannya. Huhuhuu...
Pergumulan buat yang suka kerja depan komputer kayak saya. Tapi mau taat aja yaaa...
2 Comments