Tuhan mau kita
gagal. Serius?? Iya, serius.
Satu hari saya
gagal melakukan tugas saya sebagai IRT. Masalahnya sepele, tapi cukup menghancurkan
diri saya. Mungkin karena lelah juga. Bawaannya mewek. Sedih ga karuan. Ngerasa
ga pantes dan langsung berbagai macam pikiran yang memaki diri sendiri
bersileweran di kepala.
Awal tahun lalu,
saya akan merasa terpuruk dengan pikiran-pikiran yang menuduh itu. Terpuruk
hingga rasanya ingin lari dan mati.
Gileee... Cuma
masalah sepele bisa bikin pengen lari dan mati??
Iyahhh, ga tahu
kenapa. Tapi rasanya ya seperti itu. Seperti dikejar-kejar dan akan dibunuh.
Tapi akhirnya emang merasa lebih baik mati. Rasa-rasanya bisa ngerti bagaimana
setiap ratapan Daud kalau sedang mengadu pada Tuhan.
Tapi, yang kali
ini berbeda. Berkali-kali diri sendiri meneriakan dalam hati saya kalau saya
orang gagal. Ga pantes sukses. Memalukan dll.
Saat itu ada yang
berbeda, awal tahun lalu saya akan tertunduk dan menangis, tapi minggu lalu
saya memandang dan menatap tajam setiap kalimat itu dan mengiyakan.
“ Saya memang
orang gagal. Saya memang ga pantas sukses. Saya memang memalukan. Manusia
gagal. Gagal sejak lahir.”
“ Lalu kenapa?
Memang kenapa kalau saya orang gagal? Saya memang orang gagal, tapi saya tidak
akan berhenti mencoba dan berusaha menjadi lebih baik.”
“ Saya pecundang.
Saya pecundang yang berusaha menjadi pemenang.”
Waktu pengakuan
itu mengalir dari hati saya, saya merasa lega. Iya, benar juga kan? Memangnya
kenapa kalau saya orang gagal?? Memangnya kenapa kalau saya bikin kesalahan??
Memangnya kenapa kalau saya tidak sempurna?? Memangnya kenapa kalau saya
dikutuki gagal sejak kecil (walau kata-kata kutukannya halus... lebih pada
keraguan kalau saya bisa menghadapi dunia karena sakit-sakitan)? Memangnya kenapa
kalau saya pecundang??
Lalu ayat ini
menguatkan lagi.
Tetapi jawab Tuhan kepadaku: "Cukuplah kasih karunia-Ku bagimu, sebab justru dalam kelemahanlah kuasa-Ku menjadi sempurna." Sebab itu terlebih suka aku bermegah atas kelemahanku, supaya kuasa Kristus turun menaungi aku. 2 kor 12:9
Bayangkan kalau
setiap rencana yang saya buat selalu berjalan dengan lancar. Bayangkan kalau
saya tidak pernah mencicipi kegagalan. Bayangkan kalau saya tidak pernah
merasakan yang namanya ditolak. Bayangkan kalau saya tidak pernah merasakan
kerja keras saya tidak diakui dan malah lebih banyak menerima kritikan. Bayangkan
kalau saya tidak pernah merasakan yang namanya tidak dipandang, tidak diakui,
dan orang menutup muka atas diri saya.
Saya tidak akan
memiliki kepekaan atas hidup orang lain. Tidak akan memiliki empati terhadap
apa yang orang lain sedang alami. Tidak akan mengerti isi hati mereka. Tidak
akan mendengarkan sampai ke kedalam hati.
Kegagalan membuat
saya lebih mengerti bagaimana kasih karunia Tuhan bekerja dalam hidup manusia.
Bukan karena kuat dan gagah namun oleh Roh-Mu... Bukan jadi kalimat indah
semata. Saya menjadi tahu pasti kekuatan dari kalimat itu.
Saat saya
mengakui kegagalan saya dan tidak melawan setiap intimidasi itu, menerimanya,
mengakuinya, dan melihat ke depan, yaitu harapan di dalam Tuhan. Saya lebih
bisa melangkah dengan ringan. Bukan lagi langkah yang didorong oleh rasa ingin
membuktikan diri. Tapi lebih pada, “ Ini
aku Tuhan, bentuk aku seturut kehendakMu.” Penyerahan diri. Kerelaan untuk
dibentuk menjadi yang Tuhan mau.
Buat sampai pada
pengertian ini, Tuhan berkali-kali menunjukkan dan membuat saya merasakan
kegagalan. Ga enak banget. Super ga enaakkk. Tapi sepadan dengan kebenaran yang
Tuhan nyatakan.
Janganlah ingat-ingat hal-hal yang dahulu, dan janganlah perhatikan hal-hal yang dari zaman purbakala!Lihat, Aku hendak membuat sesuatu yang baru, yang sekarang sudah tumbuh, belumkah kamu mengetahuinya? Ya, Aku hendak membuat jalan di padang gurun dan sungai-sungai di padang belantara. Yesaya 43:18-19
0 Comments