MENGENANG WAKTU JADI PEMBINA OSIS. HEHEHE

Habis makan rendang ayam, memutuskan menulis. Bukan tentang rendam ayam, tapi tentang pekerjaan saya dulu sebelum saya berprofesi menjadi ibu rumah tangga.

Iye, soal saya sebagai pembina OSIS. Kenapa bahas ini? Tadi lihat foto kegiatan mereka di tahun ajaran ini dan entah kenapa rindu setengah mati hahahha sampai pengen mewek.

Ga nyangka mereka sudah besar-besar. Sudah regenerasi. Bahkan yang tahun ini menjadi ketua atau wakil ketua saat saya resign, baru masuk SMP dan cuma jadi panitia TMIS Cup.

Tapi saya ingat waktu itu saat berbincang-bincang dengannya. Dia bilang mau masuk OSIS. Murid yang kelihatan sempurna. Cantik dan pintar. Hari ini melihat dia di deretan anak OSIS. Dia memegang kata-katanya.

Saat jadi pembina OSIS, saya selalu mengatakan pada anak-anak buat banyak belajar karena nantinya apa yang mereka kerjakan di OSIS akan sangat berguna di luar sana.

Kenyataannya memang demikian. Berorganisasi melatih kepekaan kita terhadap lingkungan, memperhatikan dan menolong kebutuhan orang lain tanpa diminta, belajar berinisiatif,  belajar memberikan effort terbaik, mengatasi konflik, memecahkan masalah, belajar bertoleransi, belajar bertanggung jawab atas kesalahan pribadi atau kelompok, belajar bekerja sama, belajar meletakkan ego demi tujuan bersama dan banyak lagi.

Dalam organisasi benar-benar terjadi yang namanya manusia menajamkan manusia demi mencapai tujuan bersama. Jadi, yang namanya masuk OSIS itu ga akan pernah sia-sia deh.

Ntar kalau sudah pada punya anak, dorong mereka buat terjun ke dunia organisasi ya. Bukan buat cari popularitas, tapi buat nambah pengalaman dan pelajaran.

Selain organisasi rohani, dorong mereka buat bergabung dalam organisasi nonrohani yang di dalamnya ada banyak macam orang. Dari situ mereka bisa belajar menghadapi manusia-manusia yang punya nilai-nilai yang jauh beda.

Saya tidak tahu apakah mereka akhirnya bisa merasakan manfaat berorganisasi. Saya harap iya.

Di sela-sela kegiatan OSIS terutama saat evaluasi, saya sering menanamkan nilai-nilai kerjasama.

Satu untuk semua. Satu orang berhasil, semua berhasil. Satu orang gagal, semua gagal. Makanya pikirkan setiap tindakan apakah akan merugikan teman-teman yang lain atau tidak.

Banyak yang cepat menangkap, tapi ada juga yang sepertinya harus "ditegaskan" baru mengerti.

Jangan menyalahkan anggota timmu di depan orang luar. Selain karena mempermalukan anggotamu, kelihatan tidak profesional. Fokuslah pada solusi dan tegur temanmu empat mata bukan di depan orang banyak.

Jika generasi sebelumnya telah sukses menjalankan tugasnya, ada beban moral di pundak kalian untuk melakukan kesuksesan minimal dengan standar yang sama. Bukan berarti kalian harus seperti mereka. Justru angkatan kalian harus melakukan dan membawa perbedaan yang akan diingat orang.

OSIS berada di bawah naungan sekolah, sudah sepatutnya OSIS mengikuti peraturan dan keputusan sekolah sekali pun OSIS merasa tidak sreg dengan keputusan yang ada.

Akan selalu ada orang-orang yang menjatuhkan semangat kalian dan memandang rendah kegiatan yang kalian rencanakan, jangan marah dan kecewa. Tetaplah antusias karena masih ada mereka yang bersemangat mengikuti kegiatan yang kalian buat. Fokuslah pada mereka dan buat mereka gembira.

Libatkan semua staff sekolah dan hargai apa yang mereka lakukan untuk membantu pelaksanaan kegiatan kalian.

Jangan mengerjakan tanggung jawab timmu sendirian. Libatkan mereka dan belajarlah percaya pada orang lain. Bagikan tugas.

Mana yang lebih penting? OSIS atau tes harian? Ada yang jawab kegiatan OSIS karena mendesak. Saya katakan, tes harian lebih penting. Kamu ke sekolah buat belajar bukan OSIS. Saat ada tes, percayakan tanggung jawabmu pada orang lain untuk sementara sampai tesmu selesai.

2 Comments