Hari ini kita baca berita tentang pembunuhan, besok tentang korupsi, lusa
tentang perang, tiga hari kemudian tentang perceraian, seminggu kemudian
tentang penipuan. Sering kali kita disuguhi dengan berita-berita yang mengiris
hati sampai pada akhirnya timbul amarah dalam hati kita. Kita yang menjadi
penonton, terkadang bisa menjadi lebih marah daripada para korban.
Saya sendiri tekadang ingin menutup mata terhadap berita-berita seperti
ini, tapi mau bagaimana? Ini bagian dari hidup kita. Terjadi di sekeliling
kita. Dunia memang sudah menjadi jahat saat perintah Allah yang pertama kali
diturunkan, dilanggar.
Di luar sana memang ada perang. Di luar sana memang sering terjadi
pembunuhan. Beberapa orang bergumul dengan kehidupannya, narkoba, perpecahan
keluarga, perceraian, seks bebas, aborsi, dan masih banyak lagi. Rasanya ingin
memaki para si pembuat kejahatan, tapi apa itu membantu? Bukankah itu hanya
cara daging saya untuk membuat saya merasa lebih baik dari mereka. Kalau saya
tidak melakukan apa pun untuk memperbaiki dunia ini, lalu untuk apa saya memaki
dan selalu bersikap seolah lebih benar??
Memang rasanya jadi begitu pesimis akan dunia ini. Perkataan yang
merendahkan, skeptis, tidak percaya, dan meragukan, sering keluar dari mulut
kita tanpa sadar. Tidak mungkinlah dunia ini berubah, mungkin itu yang di otak
kita. Kita berhenti mengharapkan yang baik dan membuka mata lebar-lebar untuk
menyaksikan bahwa dunia ini memang menuju pada kebinasaan. Rasanya seperti
mendapat impartasi negatif dari media dan sekeliling kita. Ah, apa kita harus
menutup mata ya?? Supaya kita selalu bisa positif dan tidak perlu memikirkan
hal-hal yang menambah beban hidup kita. Hidup
sudah susah, kenapa dibikin makin susah.. Kata orang dulu.
Tentu saja tidak. Kita tetap tidak
bisa menutup mata kita dari apa yang terjadi di dunia ini, hal-hal yang jahat,
hal-hal yang menghancurkan hati, dan merobek jiwa. Setidaknya dengan melihat
itu semua kita tahu kalau kita berada di dalam lingkaran kenyamanan yang di
sekelilingnya ternyata ada badai dan topan (selain badai-badai kecil yang kita
sendiri alami). Mungkin suatu saat Tuhan akan sentil hati kita untuk keluar
dari lingkaran itu dan menarik beberapa orang untuk tinggal di dalam lingkaran
kenyamanan. Semoga saja, makin banyak orang yang bisa masuk ke dalam lingkaran
dan menikmati apa yang kita rasakan. Damai Sejahtera.
Setidaknya saat melihat itu semua kita bisa kembali berkomunikasi dengan
Tuhan dan bertanya, “Tuhan, apa yang Kau rasakan dan pikirkan melihat ini
semua?” ... Setidaknya kita bisa melihatnya dari kacamata Tuhan. Hari ini
setiap kali melihat itu semua dan bertanya pada Tuhan pertanyaan di atas, saya
hanya bisa merasakan kesedihan, belas kasihan. Hukum tabur tuai yang Tuhan buat
tidak bisa Ia cabut. Perang akan selalu ada, kebencian akan selalu ada, ikatan dosa
akan selalu ada... Tapi Tuhan menawarkan apakah kita mau hidup di dalam
lingkarang Damai Sejahtera atau tetap berada di dalam badai dunia. Kalau kita
mau menerimanya, badai itu tetap ada. Dunia tetap sama, tapi respon dan hati
kita yang akan berbeda. Setidaknya kita berhenti marah, setidaknya kita
berhenti menghakimi, setidaknya kita berhenti mengutuki, dan jika Tuhan semakin
dalam menyentuh hati kita, kita akan berdoa lebih giat lagi.
Nak, nanti kalau kamu sudah lahir dan
sudah bisa baca, inilah dunia yang akan kamu tinggali. Jangan membencinya,
jangan mengutukinya karena memang sudah banyak yang mengutukinya. Tapi,
bergantunglah pada Tuhan, miliki kasih dan hikmat dari Tuhan. Jadilah pembawa
damai dan nyatakan pada dunia kalau Tuhan tidak pernah diam. Bahwa selalu ada
harapan untuk setiap masalah. Tuhan Yesus mengasihi dunia ini, kalau pun
akhirnya memang dunia ini akan hancur, Dia masih tetap memanggil orang sebanyak
mungkin untuk datang pada-Nya supaya tinggal di dalam Dia. Jadilah perpanjangan
tangan-Nya..Bukan untuk menyelamatkan dunia, tapi untuk membawa pengharapan
dari Tuhan pada orang-orang di sekelilingmu, agar mereka membawa pengharapan
pada orang-orang di sekeliling mereka. Beban berat untuk seorang bocah yang
belum lahir? Tentu saja tidak, karena Tuhan pasti berjalan bersamamu. AMin
0 Comments