Mari kita hitung, sudah berapa lama saya menikah?? Enam bulan dan Tuhan sudah tunjukkan banyak sekali apa itu suka dan apa itu duka dalam pernikahan. Sebelumnya saya pernah menulis tentang apa enaknya menikah, tapi kali ini saya akan membocorkan apa tidak enaknya menikah. Supaya yang mau nikah bisa berpikir ulang dan kalau masih tetap mau menikah bisa menyiapkan diri.
Jadi, setelah saya menikah, saya memutuskan untuk resign dari pekerjaan.
Keputusan saya ini otomatis membuat kami memiliki pendapatan dari gaji Aki
saja. Awalnya sih kami bisa melewatinya. Waktu kami tahu kami Tuhan beri
kepercayaan untuk punya bocah, mau tidak mau kami harus pindah dan semuanya berawal
dari kepindahan kami ke kontrakan.
Waktu kepindahan itu memang kami banyak pengeluaran dan penyesuaian.
Rasanya kayak kecekek deh. Sempet menyesal karena berenti dari pekerjaan.
Tadinya mau pindah ke Cibubur juga jadi batal karena udah mau ada bocah.
Liat Aki pusing mikirin duit yang masuk rekening hanya numpang lewat, saya
ikutan pusing dan stress. Sempet sampe nangis sesenggukan karena ngerasa
bersalah ga bisa lakuin apa-apa buat bantu Aki. Saya orang yang ga bisa diem
kalau liat orang susah, tukang ikut campur. Waktu liat suami stress dan ga bisa
lakuin apa-apa, tertuduhnya luar biasa.
Sampai saya mikir, apa kerinduan saya untuk fulltime mengurus keluarga
saya adalah keputusan yang salah?? Saya sangat tergoda untuk kembali bekerja.
Sangat-sangat. Tapi setiap kali tanya sama Tuhan, Tuhan cuma bilang kalau Tuhan
sanggup mencukupkan kebutuhan kami sekalipun saya tidak bekerja.
Kalau diingat-ingat, waktu masih single, saya bisa investasikan uang saya
buat ini itu. Bantu ke sana ke sini. Sekarang, susah sekali. Tadi pagi sempat
bilang sama Aki, buat bantu orang aja mikir yaa...
Dalam saat-saat seperti ini kayaknya selalu mikir, Tuhan kami salah apa??
(karunia nubuat: ON).. Kesalahan kami sudah pasti cuma 1, belum benar-benar
bisa mengatur keuangan. Ampuni kami Tuhan.
Ada perasaan takut, kuatir, dan rasa bersalah. Waktu sebelum nikah sudah
bayangin bisa nyiapin makanan bergizi buat Aki dan anak-anak, tapi sekarang
saya cuma bisa masak itu-itu saja. Yang masak saja bosan, apa lagi yang
makan... T.T. Si calon bocah juga ga bisa dapet gizi yang terbaik.
Oh, Tuhan!! Rasanya tuh kayak mau ngubur kepala sendiri.
Biar begitu, saya mau katakan saya bangga punya Tuhan Yesus. Kali ini bukan
klise.
Dia mengijinkan saya untuk mengatakan apa adanya ketakutan saya, rasa
bersalah saya, terkadang saya menuntut Dia untuk memberkati kami dan menjauhkan
kesusahan ini. Tapi entah kenapa, ditengah-tengah keluh kesah saya itu, Roh
Kudus membuka hati saya yang lain dan menunjukkan pada saya kalau saya punya
iman. Saya percaya sepenuhnya pada Tuhan kalau Dia akan selalu memelihara kami.
Dia membiarkan saya memuntahkan kekuatiran dan ketakutan saya dan dibalik semua
ketakutan dan kekuatiran itu ternyata ada iman dan pengharapan yang menguatkan
saya.
Puas ngoceh-ngoceh sama Tuhan, Tuhan mengungkapkan setiap janji-Nya lewat
firman dan renungan.
Bahwa Dia Allah yang setia
Jika ketetapan-Ku mereka langgar dan tidak berpegang pada
perintah-perintah-Ku, maka Aku akan membalas pelanggaran mereka dengan gada,
dan kesalahan mereka dengan pukulan-pukulan. Tetapi kasih setia-Ku tidak akan
Kujauhkan dari padanya dan Aku tidak akan berlaku curang dalam hal
kesetiaan-Ku. Aku tidak akan melanggar perjanjian-Ku, dan apa yang keluar dari
bibir-Ku tidak adak Kuubah. Mazmur 89: 31-3
Iya, Tuhan.. kalau Tuhan mau ajarin kami untuk mengatur berkat-berkat-Mu, maka terjadilah. Tapi jangan tinggalkan kami!! Jangan jauhkan kami dari kasih setia-Mu karena cuma Tuhan yang jadi pegangan dan tempat kami pulang, tempat kami bertahan.
Janji Tuhan ini langsung saya pegang erat-erat. Tuhan pasti akan
mengajarkan anak-anak-Nya dengan keras kalau memang perlu, tapi Dia tidak akan
pernah meninggalkan kasih dan setia-Nya.
Waktu baca buku renungan, dapet rhema lagi. Judulanya, BAHAGIA DALAM PENCOBAAN.
Jdengg!! Apa-apaan tahu-tahu judulnya sudah ngomong banget.
Saudara-saudaraku, anggaplah sebagai suatu kebahagiaan, apabila kamu jatuh
ke dalam berbagai-bagai pencobaan, sebab kamu tahu, bahwa ujian terhadap imanmu
itu menghasilkan ketekunan. Dan biarkanlah ketekunan itu memperoleh buah yang
matang, supaya kamu menjadi sempurna dan utuh dan tak kekurangan suatu apapun.
Yakobus 1:2-4
Waktu baca renungannya, jadi inget waktu awal-awal nikah, saya dan Aki
ingin tetap bersukacita dalam segala hal. Tetap mengucap syukur dengan seberapa
besar pun berkat yang Tuhan percayakan.
Apa yang kami alami mungkin terasa berat, tapi itu bukan beban. Itu
proses. Proses menuju ketekunan yang lebih lagi.
Setiap kali ada cobaan memang kami jadi lebih menghargai segala sesuatu.
Waktu Aki sakit, kami lebih menghargai kesehatan. Waktu keuangan seret begini,
kami lebih menghargai berkat. Bahkan sudah bayangin, kalau makan makanan enak
yang biasa dulu jaman pacaran bisa beli, mungkin akan kita makan pelan-pelan
sambil nangis-nangis menikmati. Akakakka...
Selain itu, setiap situasi ini membuat kami lebih bergantung sama Tuhan
(ini yang paling penting). Jadi, situasi apa pun itu yang terasa berat, janji
Tuhan memang Ya dan Amin – Segala sesuatu mendatangkan kebaikan—
Hari ini Tuhan juga bilang, “ Lasma, Tuhan bisa memberikan gizi yang baik
untuk anak kamu sekalipun makanan yang kamu beri itu-itu saja.” Saya pegang
kata-kata Tuhan itu. Memang juga sih, selama kami berhemat ini kami tidak
kekurangan suatu apa pun. Tidak sakit dan sehat bugar malah. Puji Tuhan sekali
T.T... Tuhan memang baik.
Jadi, inilah beratnya menikah teman-teman. Rasa tanggung jawabmu lebih
besar. Rasa ingin memberi yang terbaik juga lebih besar, tapi saat kita tidak
bisa memenuhinya, kita akan tersiksa dan merasa bersalah.
Balik-baliknya...
Bergantung pada Tuhan. Ingat-ingat firman Tuhan. Berespon dengan benar.
Pikirkan hal-hal baik, yang mulia dan manis didengar. Jangan biarkan pikiran
negatif, mematahkan semangat, dan mencabut damai sejahtera menguasai kita.
Ngomong-ngomong yang kayak gini bisa dilatih juga waktu kita masih single :D
Ini beratnya menikah, tapi di dalam Tuhan segala sesuatu menjadi mudah.
Karena di dalam kelemahan kita, kuasa Tuhan bekerja. Aminnn..
13 Comments