Review: Let Me Be a Woman

lilinkecil.com
Judul buku   : Let Me Be A Woman
Pengarang   : Elisabeth Elliot
Penerbit     : OMID Publishing House
Harga         : Rp. 39.000
Got from www.lilinkecil.com

Sebagai seorang istri yang baru menjalani pernikahan 2 bulan 15 hari, saya sering bertanya-tanya  
" Tuhan, apa yang harus saya lakukan sebagai seorang istri? Apa yang harus saya lakukan pada perasaan saya yang terkadang seperti menekan saya dan saya tahu perasaan itu bukan berasal dari Allah?"

Elliot menjawab semua pertanyaan saya lewat buku yang ia tulis untuk putrinya Valerie yang akan segera menikah saat itu.


Layaknya seorang ibu kebanyakan yang akan melepas anaknya perempuan untuk menjadi seorang istri, Elliot memberikan  pesan-pesan berharga yang membuka mata saya begitu lebar. Bahkan beberapa diantara pesan itu membuat saya menangis karena seolah-olah pesan itu ditujukkan khusus untuk saya. Tidak banyak anak perempuan seperti Valerie yang bisa mendapatkan pesan dari sang ibu, pesan yang dalam dan kuat disaat mereka akan memasuki sebuah pernikahan. 

Dari buku ini saya mengerti bahwa menjadi wanita bukanlah sebuah kesialan karena pada dasarnya kita wanita --sedikit banyak-- selalu berharap bisa menjadi seperti pria. Saat kita tidak bisa memenuhi keinginan tersebut, tidak jarang pula kita mulai membenci pria dengan segala keburukannya, tentu saja untuk membuat diri kita merasa lebih baik dari pria.  Elliot menjelaskan bahwa wanita adalah sebuah panggilan dalam penciptaaan dengan rancangan yang khusus dan pertimbangan yang matang. Wanita tidak diciptakan untuk memimpin atau berkuasa atas seluruh dunia. Pada kenyataannya pula wanita memang harus menghormati pria karena wanita diciptakan untuk pria. Itulah mengapa wanita disebut penolong. 

Pria yang seorang pemimpin dan penguasa bersama wanita yang adalah penolong dan pemelihara, saat mereka bersatu dalam pernikahan dan melakukan fungsinya masing-masing sesuai panggilan yang Tuhan tetapkan, segalanya menjadi sebuah harmonisasi yang indah dan mendatangkan sukacita.

Di tengah-tengah jaman ini, saat ‘kegilaan’ wanita akan peranaan dan kesetaraan dengan pria merajalela, pemahaman feminisme malah lebih menimbulkan kesombongan dan pemberontakan akan kenyataan kita memang dilahirkan sebagai wanita yang terkadang dituntut untuk melayani dan selalu tunduk. Buku ini membantu kita menyadari bahwa Tuhan menciptakan kita sebagai wanita untuk menjadi tunduk bukanlah tanpa alasan. Tunduk bukanlah tanda kita menghancurkan kehormatan kita sendiri atau membiarkan diri kita menjadi keset. Dalam sikap yang tunduk dan hormat karen adanya cinta kasih mendatangkan kebebasan dan kemenangan. Pemahaman yang sangat tradisional, tapi benar-benar memberi ketenangan.

Masih banyak lagi yang saya dapatkan dari tulisan Elliot ini. Saya bersyukur bisa membaca buku ini dan mendapat peneguhan yang luar biasa sebagai wanita. Bukan kesalahan kalau kita menjadi perasa, terkadang galau atau bimbang, semuanya itu Tuhan berikan kepada wanita supaya kita wanita dapat menolong para pria yang terkadang memang kurang peka. Bukan sebuah kesalahan pula apabila kita tetap memilih menjadi ibu rumah tangga sepenuhnya karena menjadi seorang istri adalah sebuah pekerjaan. Sama seperti menjadi seorang tentara, hakim, akuntan, atau pun dokter. Menjadi seorang istri dan ibu rumah tangga membutuhkan tanggung jawab, keteraturan, dan disiplin yang pastinya mendatangkan kehormatan bagi keluarganya.

Untuk saudari-saudariku yang belum menikah, sudah menikah, akan menikah, atau menjanda, saya sangat menyarankan membeli dan MEMBACA (jangan dipajang saja :D) buku ini. Sungguh, buku ini memberi pemahaman yang benar menjadi seorang wanita, menjadi wanitanya Allah, bukan wanita yang termakan oleh nilai-nilai dan pandangan jaman ini.

Terima kasih Tuhan karena saya seorang wanita. J


Beberapa kutipan yang luar biasa

"Kami menerima dan bersyukur kepada Allah atas apa yang diberikan, tidak membiarkan apa yang tidak diberikan merusak apa yang sudah diberikan"

"Tidak ada persaingan  dalam kasih:

"Mengorok adalah musik terindah di dunia. Tanyakan saja pada janda mana pun."

"Anugerah yang memampukanmu mengucapkan janji nikah tersebut akan memampukanmu pula ketika sepertinya tidak mungkin untuk melakukan janji tersebut."

2 Comments