Ok, saya seorang istri sekarang.
Oh, No!! Sekarang saya seorang istri!!
Thank you, Lord sekarang saya seorang istri :”>
Oh my God!! Sekarang saya seorang istri??!!!
Ok.. Itu reaksi saya setelah mengucapkan janji nikah, pasang cincin, wedding kiss (akhirnyaaa halal.. *ehhh), dan perjamuan kudus. Antara lega, happy, dan ga yakin kalau yang saya alami beneran. Hahahha.. Saya harus melihat cincin di jari manis saya berkali-kali kalau saya benar-benar sudah menjadi seorang istri.
Sabtu, 2013 akhirnya saya jadi istri Gerry Adrian. Sah di hadapan Tuhan dan Gereja dan juga dihadapan hukum (Puji Tuhan). Thank you buat temen-temen blogger yang sudah datang Dhieta dan Febe… (Seneng banget ada kalian di antara jemaat XD).. Thank you juga buat temen-temen yang sudah dukung doa dan moral. Terutama yang jauh-jauh Mega, Ci Lia, Stephanie, & Anita. Juga Kezia dan Nonik yang walaupun ga jadi dateng, tapi sudah bersedia untuk datang.
Thank you Dhieta and Febe *kiss |
Thank youuuu bangeeettt.. Support, dukungan, dan doa kalian lebih dari apa pun.
Jadi, kenapa saya menulis judulnya seperti di atas?? Karena memang hari pernikahan saya tidak sempurna. Banyak kekurangan di sana sini. Rencana yang sudah kita susun dari jauh-jauh hari berantakan totaaaaaaaalll. Kenapa?? Karena memang yang berantakan itu bukan inti dari pernikahan kami.
Dari hari Jumat, saya dan Aki, sebagai penganten masih keluyuran untuk mencari hadiah yang akan diberikan pada Gembala Nikah dan Pembina BPN kami. Setelah itu membawa barang-barang ke apartemen dimana keluarga saya akan menginap. Bawanya tidak tanggung-tanggung, berat dan banyak. Saya membawa kantongan di tengah dan kanan kiri tangan saya penuh memegang kantung belanjaan. Di depan aki membawa kantong yang lainnya. Naik motor dengan barang-barang berat, waktu turun motor badan langsung kakuuu.
Setelah orang tua saya datang bersama keluarga, kami pergi keluar lagi untuk mencari kaki kanvas. Sudah dapat kaki kanvasnya, terpaksa bolak balik lagi dari apartemen ke tempat penyewaan untuk menukar KTP dengan uang jaminan. Kalau KTP jadi jaminan, takutnya kami membutuhkan KTP untuk catatan sipil.
Puji Tuhannya kami masih sempat massage untuk meregangkan otot yang luar biasa kaku. Pulang dari massage masih mencari perlengkapan lain untuk galeri mini foto kami. Awalnya kami kira kami akan menemukan apa yang kami cari di Mall Citra Land, tapi waktu sampai, ternyata tokonya sudah tutup. Akhirnya mencari alternatif lain. Waktu itu muka Aki sudah kelihatan capek sekali.
Pulang dari sana kami kembali ke apartemen. Setelah mengantar saya ke apartemen, Aki kembali ke rumah di Meruya dan tidak menyangka akan hujan. Untungnya Aki selalu bawa jas hujan.
Di apartemen, saya sudah kelelahan, melihat Mama juga tampak tidak bersemangat, entah kenapa saya jadi merasa kesal. Belum lagi Mama mengeluhkan acara kami ini benar-benar melelahkan dan seharusnya kami menikah di HKBP saja agar semua menjadi mudah. Waktu itu rasanya kesal sekali. Belum lagi Papa yang mempertanyakan tante-tante saya make up dimana, padahal saya tidak menyiapkan make up artist untuk tante saya karena tidak tahu kalau mereka akan datang. Rasanya ingin marah dan kesal. Ingin sekali mengeluarkan keluhan dan memjawab kata-kata orang tua saya dengan nada yang kesal.
Tapi Roh Kudus mengingatkan saya untuk mengampuni dan melepaskan. Apa yang orang tua saya katakan itu wajar. Apa yang saya rasakan juga wajar karena saya lelah dan dalam masa tekanan. Jangan mengambil hati kata-kata orang tua saya yang memang sedang tertekan dan lelah juga. Serahkan semua pada Tuhan dan miliki damai sejahtera dari Tuhan. Tetaplah bersukacita.
Waktu itu Tuhan hanya terus bilang dan ingatkan saya untuk fokus pada Aki. Fokus pada janji pernikahan kami. Fokus pada janji yang akan kami ikat bertiga, saya dan Aki bersama Allah Bapa. Rasanya nyeesss dan tenang waktu Tuhan ingatkan hal itu.
Malamnya saya dan Aki berdoa. Berdoa untuk damai sejahtera dan sukacita di tengah-tengah keluarga kami. Walau pada akhirnya semua jadi ga beraturan. Banyak alasan untuk membuat kami ga damai dan ga bersukacita.
Saya datang telat ke bridal karena tidak tahu tempatnya (tempat prewed dan make up berbeda… ). Saya tanya berkali-kali pada Aki sampai Aki kesal (gimana ga kesal, bilangnya sudah ngerti tapi masih nanya2 lagi :p Muup yaa) . Sampai di bridal, ternyata penuh sekali. Ada 9 pengantin dengan tiap pengantin punya 2-3 kameramen. Penuhh dan ramai sekali. Mood saya cukup drop waktu melihatnya (maklum orang introvert). Agak terhibur waktu sudah mulai ditangani salah satu tim. Apalagi waktu liat pengantin-pengantin lain cantik. Jadi bisa cuci mata :p
Tambah terhibur waktu sudah di mobil pengantin, dengerin obrolan Aki dan sohibnya yang jadi bestman. Walau pun agak macet dan sudah telat, tapi kami masih bisa tertawa-tawa. Sampai di Mangga Dua Square kami salah pilih tempat parkir mobil. Yang seharusnya di lantai 2, malah di lantai 3. Puji Tuhan ketemu Gembala Nikah dan membantu kami mencari tahu tempat parkir paling tepat untuk kami supaya lebih dekat ke tempat pemberkatan. Kalau kami ke tempat pemberkatan dari lantai 3, bisa-bisa saya menenteng-nenteng rok sambil turun eskalator. Akakkaka..
Di gereja, kami sudah ditunggu untuk briefing. Petugas yang membantu kami langsung memberi pengarahan selama upacaranya kami harus seperti apa dan bagaimana. Stress berat waktu disuruh mengucapkan janji nikah. Ahahha.. Saya merasa tidak hapal. Aki lebih susah lagi karena harus mengahapalkan janji nikah dan perjamuan kudus.
Sebelum acara pemberkatan dimulai, Mama malah ngedrop dan sakit. Kepalanya pusing dan mual-mual. Kami semua belum sarapan saat kami berangkat ke bridal. Mama sendiri ternyata sudah tidak fit sejak dari hari Kamis saat membantu saya pindah-pindah. Entah kenapa saya jadi merasa ciut. Merasa sebal dengan gaun saya yang megar karena membuat saya tidak bebas mendekati Mama. Biasanya kalau Mama sudah seperti itu, saya memberi pijatan atau mencarikan teh manis hangat supaya beliau merasa lebih baik. Dengan sarung tangan dan gaun super besar itu, bagaimana mau memijat dan mencari teh manis. Gerak saja sulit.
Menjelang detik-detik memasuki ruang ibadah, saya dan Papa sudah bersiap di belakang pintu. Papa sudah menggandeng saya dan tiba-tiba melepaskan gandengannya karena melihat ada saudara kami jauh-jauh dari Serang datang. Beliau menyalami mereka dan baru kembali ke posisinya semula setelah petugas dari gereja mengingatkan kalau pintu ruang ibadah akan segera dibuka. Maklum, Papa sangat concern pada keluarga besar kami yang menjadi tamu keluarga. Saat Papa kembali ke posisinya, wedding klip kita masih diputar. Wedding klip yang belum kami acc sama sekali itu terasa panjang buat saya. Padahal malam sebelumnya saya sudah melihat dan tidak terasa selama saat saya menunggu di depan pintu (mungkin karena grogi).
Duduk di bangku nganten, saya dan Aki merasa haus karena dari tadi tidak minum, tapi hausnya kami tahan karena tidak tahu harus minta kemana. Hahhaha…
Nah, waktunya janji nikah. Saya berencana untuk tidak menangis. Katanya kalau menangis, janji itu seolah-olah seperti beban berat (tapi memang sih janji itu super susah dilakukan kalau ga bersama Tuhan). Sayangnya rencana saya gagal. Aki mengucapkan janji nikahnya dengan lancar dan katanya saat itu dia menahan diri untuk tidak menangis, tapi jadi berkaca-kaca karena melihat saya menangis.. Saya tidak bisa menahan air mata saya -_-‘… Giliran saya mengucapkan janji nikah, malah gelagapan karena takut salah. Hahaha.. (iya ga sih??).
Yang paling membuat saya merasakan ketidak sempurnaan hari itu adalah saat waktunya berterima kasih pada orang tua, Mama tidak ada di tempat. Beliau ke ruang tunggu untuk istirahat. Saya tidak bisa mengapresiasi beliau di hadapan jemaat. Teladannya sangat mempengaruhi hidup saya sebagai seorang perempuan. Tapi, tentu saja saya tidak bersedih. Maksudnya, saya tidak kecewa. Kesehatan Mama lebih penting dari apa pun. Dia tidak ada dibangku orang tua, tapi saya percaya, doanya tidak pernah berkesudahan buat saya dan Aki.
Cuma ada Papa |
Puji Tuhannya pas foto Mama udah baean |
Ok, sampai di situ dulu detail kekacauannya. Masih banyak lagi kekacauan lainnya. Dede, adiknya Aki, braidmaid sakit sampai tidak tahan, kado yang untuk Gembala Nikah dan Pembina BPN malah tidak diberikan dan hanya diberikan mug yang seharusnya untuk para tim yang membantu kami. Dasi yang seharusnya diberikan pada usher malah tidak diberikan. Galery foto tidak jadi dipajang. Kami datang terlambat saat resepsi keluarga dan tidak ada gladi resik. Mama juga tidak ikut resepsi keluarga karena masih harus istirahat. Teman-teman terdekat kami yang kami undang banyak yang tidak datang. Penerima tamu datang terlambat karena waktu make up juga terlambat.
Waduhhh banyak sekali pokoknya kekacauan yang bisa dilist, tapi hari itu Tuhan tetap beri damai sejahtera dan sukacita. Tuhan menolong kami untuk tetap berespon dengan benar di situasi-situasi yang menekan. Tuhan memberikan kami kelembutan hati saat ada orang yang mengingatkan kesalahan kami. Tuhan menyanggupkan kami untuk bisa tetap tersenyum dan bersukcarita dengan tulus dan membagikan sukacita kami pada yang lain.
Rencana kami kacau. Persiapan kami tidak matang dan berantakan, tapi Tuhan berikan orang-orang luar biasa yang menolong kami. Mulai dari tim bridal yang memberikan lebih dari yang kami minta, adik saya yang mau bersusah payah menyiapkan segala hal yang kami butuhkan bahkan merogoh koceknya sendiri (thank you so much army), teman-teman adik saya yang mau membantu dan menolong kami, sahabt-sahabat kami yang sudah bersedia menjadi pager betis--eh,pager ayu, Ka Stephan, pembina kami yang selalu mengingatkan kami untuk selalu memiliki iman dan pengharapan dalam Tuhan, Gembala Nikah kami yang menyambut kami dengan hangat, katering yang luar biasa murah dengan kualitas terbaik (habis, sampai saya ga sempat nyobain), agen property yang sangat membantu kami menyiapkan apartemen, MC yang friendly, ceria, dan hangat yang membuat acara resepsei keluarga kami menjadi lebih hidup dan banyak menolong kami dan banyak lagi berkat-berkat yang ga bisa diganti dengan perintilan yang tidak ada apa-apanya.
Pager betis kami... Di dandanin kakak saya dan mereka cantik banget sampai saya terpukau di atas panggung |
Rina, Fafa, Saya-udahpasti, Martina ...satu lagi ga tau ngabur kemana (Maria). Akakak. |
Jumlah tamu pemberkatan lebih dari perkiraan Kayaknya ada yang ga kebagian Kita juga akhirnya malah jadi makan fastfood :p |
Hari pernikahan kami memang tidak sempurna, tapi Tuhan Yesus menyempurnakannya dalam sukacita dan damai sejahtera. Tuhan mencurahkan berkat yang berlimpah ruah di hari pernikahan kami yang tidak sempurna. Tuhan meluruskan pandangan kami dari hal-hal yang 'penting' pada hal-hal yang paling penting. Kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kelemahlembutan, penguasaan diri.
Makasih Tuhan Yesus ... *kisses.
7 Comments