Pelajaran Pra Nikah: Belajar Tentang Keluarga Pasangan

Tinggal hitungan bulan neh buat sampe di depan mimbar dan ngucapin kalimat-kalimat sakti yang udah pasti kudu diucapin dari hati dan disimpan sampai mati.

Dan semakin hari, semakin banyak hal yang harus saya benahi sebagai calon penganten. No! Saya bukan membicarakan gaun, foto-foto, katering dsb. Saya sedang membicarakan mempersiapkan diri menjadi seorang ISTRI (stress bacanya…akakka)

Kenapa stress ya? Banyak alasan buat saya stress. Tante, alias wanita yang melahirkan Aki (Thank you Tante sudah lahirin Aki.. :”>) – adalah wanita yang jago masak. Masakannya enak-enak dan saya jadi punya beban moril T.T… Kalo nanti kita udah merit dan Aki dapet makannya Cuma makanan dengan rasa hambar atau malah keasinan gimana?? Terus dia makin kurus gimana dan ga jadi sehat.. Entah kenapa mikirnya begitu.

Semakin ke sini saya juga makin mengenal keluarga Aki. Keluarga Aki itu tipe keluarga yang santai dan ga neko-neko. Mereka orang-orang yang bergantung sama Tuhan. Aki juga dididik belajar mengambil keputusan sendiri. Segala sesuatu keputusan dipercayakan pada Aki.

Sedangkan… Keluarga saya tipe yang suka mencapai ini itu, need of achievementnya tinggi (maklum Batak), siapin segala sesuatu dari jauh-jauh hari, orang tua saya cenderung ingin memutuskan banyak hal untuk anak-anaknya (walau pun anaknya lebih keras kepala dan suka milih-milih sendiri :p). Pokoknya di keluarga saya itu berasa kayak dikejar-kejarrrr…

PeeR banget buat saya menyesuaikan diri dengan keluarga Aki. Puji Tuhannya saya ada karakter plegmatis, jadi bisa ngikutin pelan-pelan dan ga neko-neko, gampang nerimo.

Satu sih jadi inget apa yang dibagikan di Heart to Heart Gathering tentang warisan generasi. Apa yang baik dari keluarga kita dan apa yang baik dari keluarga pasangan kita, kita ambil dan kita jadikan karakter baru di keluarga yang akan kita bangun.

Perbedaan itu bukan dosa, tapi gimana kita menyikapi perbedaan yang ada dan bagaimana berespon dengan benar terhadap perbedaan. Itu sih yang saya pelajari akhir-akhir ini.

Ah, kalau cari-cari yang beda. Ci Lia sama Ka Mike lebih beda lagi. Waktu baca cerita ci Lia pertama kali langsung WOW!! Tadi baca lagi langsung berasa ngos-ngosan. Walau beda suku, saya dan Aki sebenarnya punya banyak kesamaan yang bisa dipikirkan. Dari gereja yang sama, suku yang beda tapi budaya mirip-miriplah, pendidikan sama, ada beberapa hobi yang sama, pola pikir yang mirip-mirip, selera humor yang sama, … Jadi, bersyukur juga..Akakkaka… (tapi ga tau ntar udah merit aakkak…Ya bersyukur untuk yang hari ini dulu yaaa..)

Ini memang tugas besar sih karena pernikahan kami bukan tentang saya dan Aki saja, tapi juga tentang keluarga besar kami juga. Orang tua Aki akan jadi orang tua saya juga dan orang tua saya akan jadi orang tua Aki juga.Ya tentunya di kehidupan rumah tangga ntar cuma berdua yang jalanin. Yang lain ngontrak… *lohhh. Gimana pun menyayangi keluarga pasangan adalah salah satu cara yang memang harus dan kudu kita lakukan untuk nunjukkin kasih kita ke pasangan.. Sampai embel-embel ‘kamu orang tua pasangan saya’ hilang dan mengasihi dengan tulus apa adanya.

Jadi kalau ditanya lagi belajar apa akhir-akhir ini?? Lagi belajar tentang Aki dan keluarganya...akakka.. Ga mau masuk dalam keluarga Aki sebagai orang asing pastinya, tapi bener-bener mengenal mereka dan jadi keluarga.


8 Comments