Menikah Itu Hak, Ga Menikah Juga Hak -- Pilih Mana??

Suatu hari, di sebuah Camp Pelayanan (Excelent Servant History Maker), pembicara menantang setiap peserta untuk menyerahkan hak-haknya dan meletakkannya di kayu salib Kristus. Hari itu saya menuliskan seperti hak-hak saya

- Untuk dihargai

- Untuk dihormati

- Dikasihi

- Didengarkan

- Dimengerti

- Untuk memiliki harta

- Kecantikan

- Prestasi

- Dan yang terakhir pasangan hidup

Hari itu saya menyerahkan hak saya untuk memiliki pasangan hidup. Tapi ternyata satu hal yang belum saya serahkan pada Tuhan, hak saya untuk hidup tanpa pasangan hidup. Hari itu saya tidak menyadarinya kalau itu pun sebuah hak dan sebuah pilihan. Pilihan aman untuk tidak perlu mengalami gesekan di dalam kehidupan rumah tangga. Tidak perlu mengalami sakit hati, pertengkaran, pengkhianatan, atau apa pun yang sering terjadi di dalam rumah tangga (dan sering saya dengar juga lihat).



Sampai suatu hari, Tuhan mengirim seseorang dan menjungkir balikan hidup saya. Mengobrak abrik setiap rencana dan idealisme yang telah lama saya bangun yang ternyata adalah tugu kesombongan. Hari itu Tuhan menantang saya untuk meletakkan hak saya untuk single seumur hidup (single dalam arti sebenarnya-->sendiri/tanpa pasangan – bukan yang kayak maksud Anita ya, single-> utuh).

Tahu tidak?? Ternyata menyerahkan hak untuk tidak menikah seumur hidup begitu sulit dan berat, bahkan saya sampai gentar dan ketakutan. Kenapa? Karena banyaknya ketakutan yang menguasai pikiran saya. Ketakutan akan masalah yang harus dihadapi, ketakutan akan disakiti, ketakutan-ketakutan lain yang berdasarkan kenyataan dan realita yang pernah saya lihat.

Tapi siapa yang bisa melawan tantangan Tuhan?? Tantangan Tuhan adalah sebuah kesempatan. Kesempatan untuk bertumbuh di dalam Dia, kesempatan untuk semakin serupa seperti Dia, kesempatan untuk bisa merasakan apa yang Dia rasakan, kesempatan untuk berpikir sama seperti Dia. Kesempatan untuk MELIHAT DIA LEBIH LAGI.

Baca juga TAK AKAN AKU LETAKKAN KAU DI SUDUT HATIKU


Dengan sambil mengigit lidah berusaha menahan ketakutan dan kegentaran, saya menerima tantangan Tuhan. Sekarang.. saya dalam proses menuju ke sebuah pernikahan…Ketakutan itu masih ada, kekuatiran itu masih ada, tapi kali ini saya bisa menghadapinya. Ada janji yang saya pegang yang sudah Tuhan berikan. Janji-Nya yang mengatakan apa pun yang terjadi, Dia akan ada di hadapan saya. Tidak jauh-jauh.

Jadi single or not single, balik lagi ke hati kita… Jangan sampai kita memutuskan single seumur hidup karena ketakutan. Tapi jangan pula memilih menikah karena kita takut kesepian dan sebagainya. Keputusan berdasarkan ketakutan sering kali tidak membawa dampak.

Single or no single, yang penting hati kita. Seperti Anita bilang.. UTUH.. Di dalam KASIH, tanpa ketakutan.



Di dalam kasih tidak ada ketakutan: kasih yang sempurna melenyapkan ketakutan; sebab ketakutan mengandung hukuman dan barangsiapa takut, ia tidak sempurna di dalam kasih. 1 Yoh 4: 18

------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Tulisan ini terinspirasi dari postingan Mega di Facebook. Akakakka...Jadi ikutan nulis soal singleness. Inilah yang saya alami tentang singleness... Hehhehehe...

6 Comments