Suatu hari saya sedang tidur-tiduran di kamar. Saya baru saja pulang kerja dan ingin mengistirahatkan badan yang sudah pegal-pegal karena kerja seharian. Sambil merebahkan badan saya berpikir, hari ini kenapa kangeeeeeeeenn banget sama Aki. Padahal baru ketemu kemarin malam. Alibi saya, ya kangen karena hormon karena pada saat itu saya sedang datang bulan.
Seperti biasa saya tidak langsung mengungkapkan perasaan saya secara langsung pada orang yang bersangkutan karena si ‘dia’ sedang bekerja dan saat itu pekerjaannya sedang bertumpuk. Karena kangen saat itu adalah kangen yang lumayan kronis, saya pun mencurahkan isi hati saya pada Babe.
“ Babe, kok Lasma kangen banget ya sama dia? Aneh bangett.”
Sekalipun saya sudah punya alibi, saya tetap merasa rasa kangen itu tidak masuk akal. Kangen benar-benar kelas berat dan kronis tingkat tinggi. Kalau perlu, inginnya, ada orangnya di hadapan saya saat itu juga. Hahahha…
Tuhan tidak menjawab yang berhubungan dengan Aki, tapi Dia balas…
“ Seperti itulah Tuhan merindukanmu setiap hari. Mencintaimu setiap hari. Menginginkanmu setiap hari.”
Pernah di rayu pria?? Aki bukan tipe perayu. Jadi saya tidak tahu rasanya dirayu pria yang saya sayang. Kalau pun ada pria lain yang merayu, tentu saja tidak mempan karena bukan orang yang saya sayang. Kata-kata Tuhan itu seperti merayu… Benar tidak?? Tapi saya tahu itu bukan rayuan, itu bukan gombalan, itu pernyataan terindah yang pernah saya tangkap.
Jujur waktu saya merasakan kangen kronis pada Aki itu, saya merasa ‘agak’ tersiksa. Pikiran saya masih bisa mengontrol hati saya, tapi kalau saya jadi perempuan yang tidak pakai hikmat, mungkin saya akan keluar dari kosan saya, naik angkot atau busway pergi ke Kuningan City dan muncul di depan pintu kantornya hanya demi ketemu orangnya (agak lebay sih).
Waktu Tuhan bilang Ia tiap hari merasakan hal seperti itu terhadap saya, muka saya panas, hati saya penuh sesak, rasanya kok..Rasanya kok…Gila. Masa sih Tuhan sebegitu menginginkan saya?? Masa sih Tuhan segitu merindukan saya setiap hari? Ingin mendengarkan suara saya setiap hari??
Saya yang kangen kronis sehari saja sudah uring-uringan, apalagi kalau tiap hari. Bisa kayak apa saya nanti…
Pengen ketemuuuu…Pengen denger suaranyaaa..Pengen liat wajahnyaa..Pengen mengobroll.. Atau boleh deh tidak usah mengobrol, setidaknya bisa melihat wajahnya dan ada di dekat saya. Ada di hadapan saya.
Awalnya saya pikir tidak masuk akal Tuhan memiliki perasaan seperti itu pada saya. Masa Tuhan yang LUAR BIASA itu bisa punya perasaan seperti itu terhadap saya yang tidak ada apa-apanya ini. Tidak masuk akal. Tidak mungkin.
Lalu, Roh Kudus membuat saya terdiam, “ Salib itu buktinya, Lasma.”
Saat kamu mengasihi seseorang kamu sanggup menerima kelemahan dia, menerima kesalahan dia, kamu disakiti berkali-kali pun kamu tetap mengampuni. Yang kamu pikirkan hanya ingin dia berada terus ada di sisimu, melihat wajahnya, mendengar suaranya, mengetahui keadaan dan cerita hidupnya, apa yang ia pikirkan, apa yang ia rasakan. Yang ada di kepalamu hanya dia dan dia. Hatimu dipenuhi oleh namanya, pikiranmu juga. Rasanya kamu sanggup memberikan dagingmu untuk dihukum, asalkan dia tidak menangis atau terluka. Asalkan tawa dan sukacita tidak lepas dari wajahnya.
Itulah yang Tuhan rasakan terhadapmu. Itulah yang Tuhan pikirkan terhadapmu. Menginginkanmu setiap hari. Merindukanmu setiap hari.
Kasih Tuhan seperti kasih yang tidak bisa berhenti… Tidak bisa di stop. Tidak bisa sama sekali. Sekalipun saya katakan, “ Tuhan cukup. Kasih-Mu sudah cukup dicurahkan.” Dia tetap tidak akan berhenti.
Waktu itu saya merasakan kasih yang meluap-luap di dalam hati saya. Sama seperti saat pertama kali Tuhan ‘menyentuh’ hati saya dan ‘memeluk’ saya. Pertama kali saya mengenal Dia secara pribadi. Kasih yang tidak bisa saya tampung karena terlalu penuh. Rasanya saya sanggup menghadapi badai apa pun, padang gurun seperti apa pun, tantangan macam apa pun, karena saya tahu saya dikasihi dan diinginkan.
Di situ juga saya baru mengerti satu hal.. Ini salah satu yang Tuhan inginkan, supaya saya belajar dari hubungan pria wanita. Bagaimana perasaan Kristus pada jemaat-Nya. Apa yang Ia pikirkan. Apa yang ia rindukan. Hasratnya pada pengantin-Nya. Ingin bertemu, ingin mendengar suara, ingin mendengar cerita..Ingin terus sama-sama..
Dia mencintai pengantin-Nya sampai ke tulang ‘sum-sum-Nya’. Cinta yang ia rasakan udah tidak bisa ia abaikan. Ia menginginkan pengantin-Nya. Titik. Dia akan melakukan apa pun agar bisa bersama pengantin-Nya. Mengorbankan diri-Nya, itulah cara yang Dia pilih.
Saya jadi membayangkan, seandainya nanti Aki udah bener-bener jadi suami saya, mungkin saya akan melakukan apa pun supaya Aki bisa dapet yang terbaik. Bisa lepas dari masalah. Akan melakukan apa pun asal dia selamat dan bahagia. Mati pun mungkin saya jabanin sebagai pasangan.
Saat itu saya mengerti perasaan Kristus sebagai mempelai pria. Segitu besarnya cinta-Nya pada saya dan jemaat-Nya. Segitu besarnya sampai Dia menukar tahta-Nya. Menukar kehormatan dan kemuliaan-Nya supaya pengantin-Nya tidak binasa.
Tuhan seolah menunjukkan kalau api cinta yang Tuhan rasakan itu bukan cuma membara, tapi benar-benar panas. Membakarrr… Tidak bisa dipadamkan. Tidak bisa dihentikan. Bukan karena hormon, situasi, atau keadaan, tapi karena Dia kasih itu sendiri. Dia memutuskan menciptakan manusia karena kasih, Dia mengampuni karena kasih, Dia berkorban karena kasih. Kasihnya pada setiap manusia meluap-luap dan tercurah terus menerus pada manusia.
Tapi Dia juga membiarkan manusia memilih. Memilih lamaran-Nya atau tidak. Memilih untuk menampung setiap curahan kasih-Nya atau tidak. Memilih merasakan hangat api kasih-Nya atau tidak. Dia mempelai pria yang menghormati calon pengantin-Nya, tinggal kita memilih..
Ke mana aku dapat pergi menjauhi roh-Mu, ke mana aku dapat lari dari hadapan-Mu? Jika aku mendaki ke langit, Engkau di sana; jika aku menaruh tempat tidurku di dunia orang mati, di situpun Engkau. Jika aku terbang dengan sayap fajar, dan membuat kediaman di ujung laut, juga di sana tangan-Mu akan menuntun aku, dan tangan kanan-Mu memegang aku. Jika aku berkata: "Biarlah kegelapan saja melingkupi aku, dan terang sekelilingku menjadi malam," maka kegelapanpun tidak menggelapkan bagi-Mu, dan malam menjadi terang seperti siang; kegelapan sama seperti terang.
Mazmur 139: 7- 12
0 Comments