“ Hidup itu ga adil.” Kata salah satu ketua OSIS yang pernah saya bina. Ia mengatakannya pada adik-adik juniornya yang akan menggantikan tugasnya. Entah kenapa kata-kata itu malah terngiang-ngiang di kepala saya, pembinanya.
Mungkin kalimat itu ada bagusnya kita pegang untuk membuat kita berbesar hati menerima hal-hal yang tidak kita sukai. Apalagi saat kita merasa tidak berdaya untuk mengubahnya.
Seperti hari ini, saat saya mendapat tugas tambahan di sekolah. Sejujurnya saya merasa ‘terhina’. Hati saya merasa ditusuk-tusuk dan merasa hidup ini ga adil.
Entah bagaimana perasaan terhina itu muncul lagi. Saya yang seorang S1 Psikologi harus mengerjakan yang tidak sesuai dengan titel saya. Bahkan sepertinya pekerjaan-pekerjaan saya ini tidak membutuhkan keahlian khusus.
Hancur hati, itu yang saya rasakan. Hidup memang tidak adil.
Saya berusaha meredakan sesak hati saya dengan mencari-cari alasan yang masuk akal. Tapi tetap saja rasanya sesak dan mau marah. Jujur sejujurnya sama Tuhan dengan perasaan saya. Hanya bisa minta ampun pada Dia karena saya menggerutu dan tidak bersyukur. Mengasihani diri sendiri dan merasa menjadi korban.
Tapi ditengah kejujuran curahan hati saya, Roh Kudus bicara tentang banyak hal.
“ Lasma, Tuhan tidak pernah berhutang.”
“ Lasma, bukankah yang paling kmau inginkan berada dekat dengan anak-anak murid. Ini adalah salah satu cara terbaik.”
“ Lasma, setialah dalam setiap perkara kecil. Pekerjaan adalah sebuah kehormatan. Sekecil apa pun itu.”
“ Lasma, dari semua orang, kamulah orang yang paling tepat mengerjakan pekerjaan ini.”
“ Lasma, jangan lelah melayani. Panggilanmu bukan tentang jabatan, tapi tentang hubungan yang baik dan menjadi teladan untuk murid-muridmu.”
Semua kata-kata itu memenuhi hati saya dan memeberi saya kekuatan. Roh Kudus memeberi saya pengertian baru tentang sebuah panggilan. Panggilan tidak sama dengan jabatan. Panggilan tentang bertindak dan melakukan segala sesuatunya dengan penuh kerinduan. Dengan segenap hati.
Saya sadari beberapa minggu ini saya mulai bersikap negatif pada anak-anak murid saya. Wajah saya mungkin terlihat mengerikan bagi mereka. Tidak ada lagi kerinduan untuk bisa memberkati mereka walau sekedar lewat senyuman. Saya mulai termakan tugas-tugas yang melelahkan. Cerita-cerita tidak mengenai para murid juga mengubah sikap hati saya cenderung menjadi lebih negatif.
Lewat tugas yang ‘tidak mengenakkan’ ini, Tuhan mengingatkan saya akan kerinduan yang mula-mula saya rasakan. Jangan terjebak dalam rutinitas. Jangan terperangkap dalam rute yang sama. Ingat selalu kerinduan yang mula-mula saya rasakan.
Amazing, Lord Jesus. Sepertinya semua penghiburan yang Tuhan berikan apda saya belum cukup bagi Dia.
Dia bicara lagi lewat artikel Tantangan Pekerjaan, ditambah artikel dari Ka Jerry . Sekarang saya merasa lebih kuat dan lebih baik.
Dunia mungkin mengatakan ‘aneh’ seorang S. Psi bekerja seperti say aini. Orang tua saya juga pasti akan lebih ribut dan menginginkan saya bekerja dengan pekerjaan yang lebih baik dan ‘berkelas’. Dosen pembimbing saya juga mungkin tidak bisa membanggakan pekerjaan saya.
Tapi hari ini saya mau tetap mengucap syukur (dengan hati yang masih eneg..akakka) karena Tuhan itu baik. Tuhan percayakan saya pekerjaan di sekolah ini. Saya belajar banyak. Saya belajar tentang ketekunan, kekuatan, dan mengucap syukur dalam segala hal. Ada yang lebih penting dari sebuah jabatan. Ada yang lebih penting dari sekedar mimpi dan visi, yaitu sebuah PANGGILAN.
Sebuah panggilan membuat kita hidup, sebuah panggilan membangkitkan visi dan mimpi. Tanpa sebuah panggilan, visi dan mimpi hanya menjadi proyek tanpa membawa dampak.
Hari ini Tuhan mengajarkan saya dengan penuh kesaaaakiiitaaann, tapi kebenaran-Nya selalu memerdekakan. Terpujilah nama Tuhan.
Segala sesuatu yang dijumpai tanganmu untuk dikerjakan, kerjakanlah itu sekuat tenaga, karena tak ada pekerjaan, pertimbangan, pengetahuan dan hikmat dalam dunia orang mati, ke mana engkau akan pergi. ~ Pengkhotbah 9:10
Senin, 25 Februari 2013
Puri Mall, KFC court
(Waiting for Aki to watch Good Day to Hard Die...)
2 Comments