Enam belas bulan bekerja sebagai seorang pembina OSIS dan sebagai seorang karyawan saya belajar banyak hal. Sekalipun sebelumnya saya pun telah banyak berkecimpung di bidang organisasi (ga banyak2 amat sih), ternyata masih banyak hal yang tidak saya tahu di bidang organisasi.
Selama mempersiapkan dan melaksanakan acara TMIS Cup 2012 kemarin saya melihat dan belajar dari kelebihan dan kekurangan tim kami. Belajar apa aja sih?
1. Kita tidak bisa berkata pada teman kita kalau kita bekerja lebih banyak dari pada mereka. Walau pun pada kenyataannya memang demikian, kita tidak bisa berkata seperti itu. Ingat firman ini?
“ Dimana hartamu berada disitu hatimu berada."
Saat didalam diri seseorang ada rasa memiliki terhadap kelompoknya, dia akan melakukan hal-hal yang lebih dari yang diminta. Tapi perlu kita terima, pada kenyataannya tidak semua orang punya rasa memiliki di dalam dirinya. Kita tidak bisa menuntut orang-orang seperti ini untuk melakukan lebih atau minimal sama seperti kita.
Setiap kita mempunyai tanggung jawab masing-masing dan memang dengan porsi yang berbeda. Cukuplah orang-orang seperti ini melakukan yang menjadi tanggung jawabnya.
Disaat kita memberikan diri untuk membantu bukan berarti kita lebih banyak berkontribusi (walau kenyataannya memang begitu), kita sendiri yang memilih untuk memberi lebih. Jadi saat kita melihat teman-teman kita tidak berlelah dan bersusah payah, adalah lebih baik untuk kita tidak mengeluh. Lebih baik kita meminta pertolongan mereka dan mengajaknya sama-sama menyelesaikan projek. Kalau pada akhirnya mereka tidak mau, kita tidak perlu merasa kesal. Cukuplah kita mengevaluasi hasil kerjanya dan kembali mengerjakan bagian kita dengan memberi yang terbaik.
Jangan biarkan perilaku dan sikap seseorang mempengaruhi kinerja kita sendiri.
2. Pandangan subjektif kita yang mempengaruhi perilaku akan merusak proses kerja.
Satu hari salah satu anggota tim kami mengeluh pada saya tentang partnernya yang tidak bekerja dengan baik, padahal dia sudah mengingatkan. Saat itu saya ingin memberikan nasehat ini, tapi saya menutup mulut saya karena saya tahu jika saya bicara hanya akan membuat situasi makin runyam.
Ini yang ingin saya katakan, saat partnermu tidak bekerja dengan baik, mengeluh tidak akan menyelesaikan masalah. Menghindari partnermu dan tidak bekerja sama dengan baik dengan dia tidak akan menyelesaikan projekmu. Dalam menyelesaikan sebuah projek kita harus mengesampingkan masalah pribadi kita, termasuk perasaan subjektif. Mungkin perasaan dan pandangan itu masih ada di dalam diri kita, tapi kita perlu mengontrol dan mengendalikannya untuk mencapai tujuan bersama.
Terkadang mungkin partner kita tidak menghiraukan peringatan kita untuk melakukan ini dan itu, tapi kita perlu mengecek diri kita sendiri juga. Saat kita memperingatkan partner kita, adakah kita mengecek kembali pekerjaannya. Adakah kita memastikan pekerjaannya? Jangan sampai karena kita berpikir bahwa kita sudah memperingatkannya, tugas kita sudah selesai. Pada saat ada masalah kita tinggal menyalahkannya. Tidak bisa begitu, karena tanggung jawab partner adalah tanggung jawab kita juga. Jika partner kita melakukan kesalahan itu berarti kesalahan kita juga. Kesalahan kita karena tidak memback upnya. Tidak ada istilah, " Itu salah dia! Dia tidak melakukan bagian dia. Padahal aku sudah mengingatkan!"
Ada kalanya kita harus menanggung tanggung jawab lebih besar karena tindakan partner kita yang ceroboh, tapi balik lagi..semua itu memang harus kita lakukan untuk kepentingan bersama.
3. Kemenangan bersama sama dengan kemenangan pribadi, kemenangan pribadi sama dengan kemenangan bersama.
Satu orang mewakili sekolompok orang. Saat kita menggunakan suatu atribut yang menggambarkan kelompok dimana kita bekerja berarti kita sedang menjadi wakil dari kelompok tersebut. Itulah kenapa kita harus berhati-hati dalam bersikap dan bertingkah laku pada saat menggunakan atribut kelompok tertentu. Di saat TMIS Cup ini ada hal-hal yang perlu kami perbaiki karena sikap-sikap yang salah (maklum anak muda). Pada saat mereka menggunakan atribut panitia dan melakukan suatu tindakan, bukan hanya orang tersebut yang terkena ‘label’, tapi orang-orang yang memiliki atribut yang sama. Saat kita tidak menghargai nama kelompok yang kita bawa, sikap kita pun akan sama. Kita tidak akan berusaha menjaga nama baik perusahaan atau menjaga nama baik kelompok kita. Yang kita pikirkan hanya kepentingan kita sendiri. Bagaimana saya bisa menyelesaikan pekerjaan saya dengan cepat dan bisa langsung bersenang-senang. Atau bagaimana perusahaan dapat menggaji saya dengan lebih besar. Semuanya berpusat pada kata ‘saya".
Apakah ada perusahaan yang mau menerima orang seperti ini? Mungkin ada tapi mungkin tidak akan mereka pertahankan.
4. Semua bagian dalam kelompok berperan penting.
Kadang kala saya menemukan hal ini.. Satu bagian perusahaan mengeluh tentang divisi yang lain. Puji Tuhan saya salah satu orang yang terlibat dengan banyak divisi jadi saya tahu apa yang terjadi di tiap divisi. Setiap divisi memang punya ‘kebiasaan jelek’ masing-masing…Tapi sering kali kita menemukan satu divisi dengan yang lain saling memandang buruk karena kebiasaan tersebut. Mengapa? Karena mereka tidak tahu load kerja yang dihadapi masing-masing orang. Pandangan seperti ini membuat sikap dan perilaku kita buruk terhadap pekerja yang lain. Kita tidak bisa bersikap sopan dan menghargai divisi lain. Padahal kita membutuhkan divisi tersebut. Jika kita mengerti apa yang setiap hari dihadapi masing-masing divisi, kita pasti bisa bekerja sama dengan baik karena ada sikap menghargai pekerjaan satu sama lain. Siapa yang tidak mau membantu jika pekerjaannya selalu dihargai?? Semua orang pasti akan bekerja dengan semangat jika pekerjaanya selalu dihargai. Jika susah payahnya dimengerti dan dipedulikan. Terlebih lagi jika setiap pekerjaan yang mempengaruhi divisi lain dilakukan dengan baik. Hal-hal seperti ini yang sepertinya harus ditingkatkan dalam sebuah kelompok untuk mencapai tujuan bersama.
Sebenarnya saya agak merasa tulisan saya belepotan, tapi malas mengeditnya. Tapi ya, gpplah ya.. Semoga memberkati. Hehehheh… GBU all.
Disaat kita memberikan diri untuk membantu bukan berarti kita lebih banyak berkontribusi (walau kenyataannya memang begitu), kita sendiri yang memilih untuk memberi lebih. Jadi saat kita melihat teman-teman kita tidak berlelah dan bersusah payah, adalah lebih baik untuk kita tidak mengeluh. Lebih baik kita meminta pertolongan mereka dan mengajaknya sama-sama menyelesaikan projek. Kalau pada akhirnya mereka tidak mau, kita tidak perlu merasa kesal. Cukuplah kita mengevaluasi hasil kerjanya dan kembali mengerjakan bagian kita dengan memberi yang terbaik.
Jangan biarkan perilaku dan sikap seseorang mempengaruhi kinerja kita sendiri.
2. Pandangan subjektif kita yang mempengaruhi perilaku akan merusak proses kerja.
Satu hari salah satu anggota tim kami mengeluh pada saya tentang partnernya yang tidak bekerja dengan baik, padahal dia sudah mengingatkan. Saat itu saya ingin memberikan nasehat ini, tapi saya menutup mulut saya karena saya tahu jika saya bicara hanya akan membuat situasi makin runyam.
Ini yang ingin saya katakan, saat partnermu tidak bekerja dengan baik, mengeluh tidak akan menyelesaikan masalah. Menghindari partnermu dan tidak bekerja sama dengan baik dengan dia tidak akan menyelesaikan projekmu. Dalam menyelesaikan sebuah projek kita harus mengesampingkan masalah pribadi kita, termasuk perasaan subjektif. Mungkin perasaan dan pandangan itu masih ada di dalam diri kita, tapi kita perlu mengontrol dan mengendalikannya untuk mencapai tujuan bersama.
Terkadang mungkin partner kita tidak menghiraukan peringatan kita untuk melakukan ini dan itu, tapi kita perlu mengecek diri kita sendiri juga. Saat kita memperingatkan partner kita, adakah kita mengecek kembali pekerjaannya. Adakah kita memastikan pekerjaannya? Jangan sampai karena kita berpikir bahwa kita sudah memperingatkannya, tugas kita sudah selesai. Pada saat ada masalah kita tinggal menyalahkannya. Tidak bisa begitu, karena tanggung jawab partner adalah tanggung jawab kita juga. Jika partner kita melakukan kesalahan itu berarti kesalahan kita juga. Kesalahan kita karena tidak memback upnya. Tidak ada istilah, " Itu salah dia! Dia tidak melakukan bagian dia. Padahal aku sudah mengingatkan!"
Ada kalanya kita harus menanggung tanggung jawab lebih besar karena tindakan partner kita yang ceroboh, tapi balik lagi..semua itu memang harus kita lakukan untuk kepentingan bersama.
3. Kemenangan bersama sama dengan kemenangan pribadi, kemenangan pribadi sama dengan kemenangan bersama.
Satu orang mewakili sekolompok orang. Saat kita menggunakan suatu atribut yang menggambarkan kelompok dimana kita bekerja berarti kita sedang menjadi wakil dari kelompok tersebut. Itulah kenapa kita harus berhati-hati dalam bersikap dan bertingkah laku pada saat menggunakan atribut kelompok tertentu. Di saat TMIS Cup ini ada hal-hal yang perlu kami perbaiki karena sikap-sikap yang salah (maklum anak muda). Pada saat mereka menggunakan atribut panitia dan melakukan suatu tindakan, bukan hanya orang tersebut yang terkena ‘label’, tapi orang-orang yang memiliki atribut yang sama. Saat kita tidak menghargai nama kelompok yang kita bawa, sikap kita pun akan sama. Kita tidak akan berusaha menjaga nama baik perusahaan atau menjaga nama baik kelompok kita. Yang kita pikirkan hanya kepentingan kita sendiri. Bagaimana saya bisa menyelesaikan pekerjaan saya dengan cepat dan bisa langsung bersenang-senang. Atau bagaimana perusahaan dapat menggaji saya dengan lebih besar. Semuanya berpusat pada kata ‘saya".
Apakah ada perusahaan yang mau menerima orang seperti ini? Mungkin ada tapi mungkin tidak akan mereka pertahankan.
4. Semua bagian dalam kelompok berperan penting.
Kadang kala saya menemukan hal ini.. Satu bagian perusahaan mengeluh tentang divisi yang lain. Puji Tuhan saya salah satu orang yang terlibat dengan banyak divisi jadi saya tahu apa yang terjadi di tiap divisi. Setiap divisi memang punya ‘kebiasaan jelek’ masing-masing…Tapi sering kali kita menemukan satu divisi dengan yang lain saling memandang buruk karena kebiasaan tersebut. Mengapa? Karena mereka tidak tahu load kerja yang dihadapi masing-masing orang. Pandangan seperti ini membuat sikap dan perilaku kita buruk terhadap pekerja yang lain. Kita tidak bisa bersikap sopan dan menghargai divisi lain. Padahal kita membutuhkan divisi tersebut. Jika kita mengerti apa yang setiap hari dihadapi masing-masing divisi, kita pasti bisa bekerja sama dengan baik karena ada sikap menghargai pekerjaan satu sama lain. Siapa yang tidak mau membantu jika pekerjaannya selalu dihargai?? Semua orang pasti akan bekerja dengan semangat jika pekerjaanya selalu dihargai. Jika susah payahnya dimengerti dan dipedulikan. Terlebih lagi jika setiap pekerjaan yang mempengaruhi divisi lain dilakukan dengan baik. Hal-hal seperti ini yang sepertinya harus ditingkatkan dalam sebuah kelompok untuk mencapai tujuan bersama.
Sebenarnya saya agak merasa tulisan saya belepotan, tapi malas mengeditnya. Tapi ya, gpplah ya.. Semoga memberkati. Hehehheh… GBU all.
0 Comments