Sudah punya calon PH yang ditunjukin sama Tuhan ternyata bukan berarti jalannya mulus-mulus saja. Beneran..serius..dan percayalah..(pasti percaya).
Tuhan sudah ingetin soal ini sebelum saya komitmen sama Aki dan beberapa bulan ini di uji lagi.
Berawal dari pemberesan sepele dan terlalu sensitif, saya kecewa dengan reaksi Aki atas pernyataan isi hati saya tentang kata-katanya. Sebenarnya kata-katanya benar, tapi saya tidak mengharapkan ia bereaksi seperti itu.Saya begitu terluka dengan reaksinya samapai saya merasa tidak yakin untuk menikah. Nahhh loohhh..
Kenapa begitu?? Entah kenapa saya sulit melupakan sakit hati saya. Situasi yang tidak enak itu membuat saya menyimpan rasa sakit itu sebagai pelajaran buat saya agar saya tidak disakiti lagi. Tapi tentu saja cara ini salah. Dengan sikap seperti itu kasih saya pada Aki jadi tawar. Saya jadi pengkritik walaupun tidak saya ungkapkan.
Sampai di hari Minggu yang lalu Aki menceritakan beberapa hal yang ujungnya ia bertanya satu hal. Ia mengatakan kalau ia sudah yakin ingin menikah dengan saya dan ia bertanya apakah saya juga yakin. Pertanyaan yang buat saya beraaaaaaaaaaatttt untuk menjawabnya. Saya tidak menjawab sampai beberapa saat. Rasanya ingin berbohong supaya tidak menyakiti Aki, tapi juga tidak bisa pura-pura dengan kondisi hati yang seperti ini.
Akhirnya saya putuskan untuk berkata jujur kalau saya tidak Pede menghadapi dia. Saya tidak yakin bisa terus bertahan menghadapi sifat dia yang seperti itu. Saya benar-benar bimbang dan seperti kehilangan iman buat jalan bareng Aki sehidup semati.
Kegalauan dan kebimbangan masih berlanjut sampai hari Jumat kemarn dan di situ puncaknya. Saya terus bertanya benar-benar Aki atau bukan...Tidak mudah mendapatkan jawaban dan akhirnya Tuhan bertanya balik... Apa yang saya dan Aki sudah alami selama ini??
Deretan kejadian pun terlintas di kepala saya. Dimana saat Aki mau menunggu komitmen dan perubahan status diumumkan. Dia bersedia melakukannya sementara saat itu saya punya iman untuk dia menunggu. Di situasi lain, lagi-lagi Aki harus menunggu. Saya meminta padanya untuk kami sementara break karena saya belum bayar nazar kelulusan..Lagi-lagi Aki mau nunggu.
Pokoknya saya paling sering bikin Aki nunggu sedangkan dia paling tidak suka menunggu...Dari semua hal itu Aki sudah lulus ujian dan selama itu pun saya sudah menjadikannya patokan, bahwa Ya.. Dia orangnya.
Tapi namanya wanita sering menghadapi problem emosi yang berkepanjangan...Bingung sekali... Kenapa saya masih juga bimbang..Ya, karena sakit hati yang belum pulih. Saya sudah membereskannya dengan Aki, tapi saya masih belum yakin. Saya masih merasa Aki belum mengerti sesuatu...
Jadi, di Jumat pagi saya meminta pada Tuhan. Meminta tanda...Saya tipe orang yang jaraaaaaaaaaangggg sekali meminta tanda karena sering kali tanda-tanda saya anggap wajar saat bisa dijelaskan dengan logika. Saya tidak akan meminta tanda jika saya tidak percaya 100 % kalau Tuhan bisa memberi tanda untuk meneguhkan saya. Saya katakan pada Tuhan kalau memang Tuhan pengen saya menikah dengan Aki, Tuhan harus tolong saya membereskan hati saya. Saya tidak mau menikah dengan hati yang tidak respek pada Aki dan mengucapkan janji nikah hanya karena terpaksa..Malu kalau tidak jadi...Dan berbagai alasan 'manusiawi'.
Ternyata Tuhan benar-benar memberi tanda. Tanda apa yang muncul? Bumi terbelah? Langit terbuka? Gempa di kanan kiri? Bukan tuh... Yang ada hanyalah bahan kelas pra-nikah kami yang membahas tentang komunikasi yang baik dengan pasangan. Sepanjang pelajaran dari Ka Cuta berlangsung, saya ingin menangis dan mengeluh pada Tuhan ..terutama tentang pria yang ada di sebelah saya..:p. Saya merasa tidak adil saat harus dituntut untuk mengerti pasangan sementara pasangan tidak mengerti.
Tapi bukan Tuhan namanya kalau tidak membuat semua jadi beres...Di akhir kelas kami diminta untuk memberesakan hal-hal yang mengganjal antara saya dengan pasangan. Saya benar-benar tidak suka dengan permintaan Ka Cuta. Saya jadi tidak mau melihat wajah Aki dan berusaha menahan tangis.
Lama kami terdiam melihat pasangan-pasangan lain sedang saling mencurahkan isi hati. Beberapa lama kemudian Aki mulai bicara dan bertanya pada saya. Apakah ada yang mengganjal di hati saya. Dengan suara super pelan dan menahan tangis saya katakan kalau yang mengganjal itu yang beberapa hari lalu saya bicarakan dengan dia.
Sebenarnya saya sudah tahu sifat Aki yang super tidak sensitif itu. Hahahhah... Tapi kondisi saat itu memang saya sangat tertekan dengan pekerjaan dan berharap dia mengerti. Yang membuat saya kaget, waktu Aki minta maaf dan mengakui kalau dia memang lemah di area itu. Alias tidak peka. Apalagi dia sendiri sedang merasa tertekan juga...Ughhhh... Saya jadi merasa tertampar. Ternyata saat itu Aki pun sedang tertekan. Rasanya saya jadi orang yang egois dan cuma memikirkan diri sendiri. Makin mewek deeehhh...
Setelah pemberesan itu Aki langsung mendoakan saya terutama di area problem emosi. Ga terlalu denger Aki bilang apa, tapi waktu dia doa saya berdoa buat dia dalam hati. Berdoa supaya Aki terus Tuhan urapi, jadi pria Allah yang berdiri teguh di dalam Tuhan dengan menjadi yang terbaik. Bukan menjadi terbaik yang sesuai imajinasi saya, keinginan saya, atau idelisme saya, tapi menjadi yang terbaik dari diri dia sendiri. Sesuai dengan tenunan tangan Tuhan.
Berdoa minta ampun juga dengan sikap hati saya yang salah, bersyukur dengan kesempatan saat itu yang Tuhan kasih, proses yang ga enak.. Terlebih lagi jawaban yang membuat saya semakin mencintai Tuhan dan tahu kalau Tuhan Yesus adalah Tuhanku yang hidup. Yang menjawab doa anak-anak-Nya.
Jadi, sekarang saya yakin atau ga sama Aki??? Maluu jawabnya...
Yang pasti bersyukur Tuhan pilih saya buat dampingi dia...:D *Eaaa.,,mana tahaaannn...
4 Comments