Bagaimana Dirimu Di Dunia Kerja??

Kenapa ya pengen nulis ini?? Eh, mungkin karena tadi ada ngerasa ga enak sama Principal di sekolah. Hehehhehe...

Mulai dari mana yaaa...
Yang pasti begini... Duluuu... Saya sering mendengar kalau dunia kerja itu kejaaamm. Orang-orang di sekeliling kita bisa nusuk kita dari belakang. Ok. Puji Tuhan saya belum menemukannya sampai hari ini.

Mungkin karena sekolah dan kantor dunia kerja yang berbeda, tapi ada beberapa hal yang ingin saya bagikan. Tentang menjaga hati yang murni.

Beberapa kali Tuhan ijinin saya menghadapi situasi-situasi seperti ini. Misalnya...



Saya menulis memo buat salah satu atasan saya untuk disebarkan pada para teacher salah satunya principal. Karena bahasa Inggris saya kurang Ok, saya kurang sopan menuliskan pesan tersebut dan Principal cukup kaget dengan kalimatnya. Dia mengira kalimat itu benar-benar dari atasan saya. Saat itu saya cukup kaget dan terdiam, tapi hati nurani seperti di garuk-garuk... Pilihannya saat itu ada dua.. Diam dan membiarkan atasan saya dianggap tidak sopan atau saya mengaku itu bahasa saya dan mempermalukan diri sendiri.

Waktu itu yang saya ingat hanya bagaimana kacamata Tuhan dengan situasi itu. Dia tidak mau anaknya menjadi seorang pengecut... Saya putuskan mengaku dan Principal terkejut lalu memberi nasehat supaya saya menggunakan kalimat yang seperti ini atau seperti itu (saya jadi belajar tooohhh).

Masalah belum selesai, sebelum datang ke Principal saya sudah memberikan memo tersebut ke salah satu teacher. Saya terbayang-bayang bagaimana pandangan teacher itu pada atasan saya. Akhirnya saya putuskan memperbaiki memo dan memberikannya lagi pada teacher tersebut sambil menjelaskan kesalahan apa yang saya buat. Terkesan bodoh dan ga penting, tapi hati nurani saya mendorong dengan kuat untuk saya melakukannya. Setelah itu saya merasa lega dan seperti lepas dari hutang.

Situasi yang lain, saya membantu menulis rapot nasional dan karena mengantuk, saya membuat kesalahan yang fatal. Waktu itu atasan saya tidak ada, saya punya pilihan merobek halaman yang salah atau mengaku permasalahan rapot tersebut dan menanggung resikonya.

Lagi-lagi hati nurani saya memaksa saya untuk mengaku dan Puji Tuhan atasan saya memaklumi dan melarang saya merobek halaman yang salah. Kalau saya merobek halaman tersebut, pasti atasan saya akan lebih kecewa.

Bagaiman dengan teman sekerja? Saya adalah pembina OSIS jadi pasti banyak membina dan mengawasi kegiatan OSIS. Pada satu waktu OSIS mengadakan acara dan salah satu teman kerja berkata " Ga ada yang lebih bagus apa kegiatannya?" Jujur saat itu saya kaget dan sampai tidak bisa berkata apa-apa. Saya hanya tersenyum kaku. Dalam hati berpikir, " Semoga ga ada anak-anak OSIS yang dengar."... Roh Kudus langsung mengingatkan saya untuk releas pengampunan. Belajar mengerti kalau teman kerja saya itu memang cara bicaranya ceplas ceplos seperti itu. Tuhan ga ijinin saya untuk kecewa sedikit pun pada orang-orang yang ga mengerti kebenaran di dalam Kristus.

Di lain hari lagi, saya duduk makan bersama teacher-teacher dan itu setelah kegiatan yang diadakan OSIS. Kami berdiskusi setelah ini ada acara apa OSIS dan tahu-tahu salah satu teacher bicara " Emang ini, OSIS dari dulu suka ngerusak planning". Dia bicara tepat di depan saya. Waktu itu saya tidak tahu mau marah atau tidak, yang saya ingat Tuhan mengingatkan saya kalau teacher ini tidak mengerti OSIS dan tidak tahu kalau saya pembina OSIS, jadi maklumi saja. Kembali lagi Tuhan ingatkan untuk release pengampunan.


Apa hubungannya dengan hati yang murni??? Hati yang murni berarti menjaga hati kita dari sikap hati yang mementingkan diri sendiri. Di dunia kerja kita punya banyak pilihan, melindungi nama baik kita dan perasaan kita atau memikirkan orang kepentingan orang lain (bukan di dunia kerja juga begitu). Hati yang murni membuat kita bisa bekerja tanpa beban dan tanpa keluhan. Tanpa rasa takut atau rasa dihantui. Hati yang murni membuat kita mengerjakan setiap pekerjaan kita dengan tulus, sekalipun situasi tidak sesuai dengan yang kita inginkan.

Saya sering membicarakan ini dengan Aki. Yang menentukan tempat kerja kita itu nyaman atau tidak adalah kita sendiri. Bagaimana sikap kita dengan orang-orang di sekeliling kita. Adakah kita pura-pura tidak tahu tentang kesulitan mereka? Adakah kita menjaga jarak dan asik dengan diri sendiri?

Berikan sedikit senyuman dan pertolongan akan membuat tempat kerja kita menjadi nyaman. Bahkan tetap bersikap ramah pada orang-orang yang dianggap aneh, freak, atau malah pernah menyinggung perasaan kita akan membuat kita merasa tenang bekerja. Jika Tuhan berkenan, hidup mereka pun bisa berubah.

Jadi, kalau hari ini kantor kita terasa tidak nyaman.. Bagaimana kalau kita sendiri yang membuatnya menjadi nyaman??

Jagalah hatimu dengan segala kewaspadaan, karena dari situlah terpancar kehidupan.
Amsal 4:23

4 Comments