Beberapa hari lalu sahabat saya Farida Dewi berkunjung ke kosan saya. Udah lama tidak dikunjungi siapa pun. Huehehhe.... Thank you, Fafa.
Kami makan snack & jeruk sepuasnya sampai kekenyangan. Cerita ini itu sambil haha hihi.. Tidak seperti dulu di masa kuliah yang cekakak cekikik. Obrolan kami juga semakin berat. Mulai dari pekerjaan sampai soal calon PH.
Sampai satu titik saya bercerita dengan 'bangga' padanya kalau saya punya kepahitan. Kepahitan di cerita saya yang lama. Dia juga sudah tahu masalahnya dan dia pikir itu cuma kecewa biasa. Waktu saya ceritakan isi hati saya, dia berkata " Itu mah lukanya dalem banget, Ma. Gua udah ga inget rasanya kayak apa..."..
Waktu dia bilang seperti itu saya berpikir, " Ah, bener. Ini luka. Luka yang lumayan kalau dikorek-korek akan bernanah dan keluar darah lagi."
Entah ya.. Tahun ini hati saya tersiksa berat (aku bukan superman)... Sekali terluka karena salah satu sahabat karena masalah sepele, tapi lukanya amit-amit dalamnya.
Bertemu satu kejadian lagi yang membuat saya dan aki bertengkar dan berhubungan dengan sahabat saya itu, terluka lagi...
Satu kejadian lagi yang membuat saya meragukan sahabat saya itu... Luka lagi...
Lalu bertengkar lagi dengan aki yang membuat saya luka lagi...
" Lasma, mengampuni.. Mengampuni..." Otak saya sudah lelah mengatakan itu... Confes dengan mulut melepaskan pengampunan juga sudah.. Tapi seperti ada yang kurang...Saya tidak melepaskan apa pun. Saya masih takut terluka.
Saya menaruh cap di 'jidad' orang-orang yang pernah menyakiti saya dengan kata " HATI-HATI DENGAN ORANG INI!"
Plus..Lebih mudah mengampuni orang yang tidak tahu kebenaran dan tidak banyak membicarakannya daripada mengampuni orang yang tahu kebenaran dan banyak membicarakannya.
Benar, luka ini sangat dalam sampai ga tahu lagi saya mau apain...Angkat tangan dan ga mau melakukan apa pun selain pasang jari " PEACE".
Yang lebih membuat frustasi, orang-orang sepertinya berpikir saya terluka biasa. Mungkin memang biasa dan saya terlalu melebih-lebihkan...
Entah ya... Bagaimana cara mengukurnya saya tidak tahu... Yang saya tahu dari dulu saya memang cengeng dan mudah terluka. Papa ngomong sedikit aja dengan kata-kata yang tidak enak, saya bisa menangis berderai-derai tanpa suara (biar ga diomelin).
Rasanya kayak ada di lobang yang dalam dan udah capek berusaha keluar. Capek teriak-teriak. Orang wara wiri liat, tapi cuma liat dan seperti cuma bilang " Oh, Lasma lagi di situ." Setelah itu lewat dengan untuk urusannya sendiri. Mereka tidak mengulurkan tangan atau minimal bertanya " Apakah ada yang bisa saya bantu?" No, mereka terlalu sibuk dengan hidup mereka sendiri. Sampai akhirnya saya mengambil keputusan yang sama. Sibuk dengan kesibukan saya sendiri. Berusaha melupakan kalau saya berada di dalam lubang,
" Lasma, lo tuh begooo!! Tuhan kan udah bilang harus begini-begini..dan begitu..."
Orang yang pahit hati akan berkata.. " Iya, gua tahu. So??"
Yang baca blog ini..Satu hal yang saya pengen share sebagai anak Tuhan yang pernah dan lagi kepahitan dan bersyukur bisa ngalamin ini... Kalau kalian menemukan teman kalian dalam kondisi seperti saya.. Lakukan sesuatu. Minimal berdoa buat hidupnya. Jangan malas berdoa buat orang lain karena doamu menjaga hidup orang seperti kami.
Jangan malu untuk menawarkan doamu & tumpangan tanganmu. Jangan malu menawarkan kupingmu. Pelukanmu atau air matamu sendiri.
Jangan menyerah pada kami yang menjadi dingin. Jangan menjauh kalau kami menjauh dan jangan memalingkan muka kalau kami memalingkan muka.
Yes, kami tahu Tuhan mengasihi kami, tapi saudara seiman adalah bukti nyata kalau Tuhan mengasihi kami.
Kalimat di atas juga teguran keras buat saya, tangan yang terulur untuk tumpang tangan atas hidup orang lain telah saya tinggalkan. Telinga yang selalu bersedia mendengarkan telah saya tutup dan buka semaunya, tergantung mood. Hati yang lapang tidak selapang dulu lagi... takut terluka...
Saya sedang berjuang dengan hati yang luka di sana sini... Saya percaya Tuhan tidak tinggal diam.. Sampai berapa lama seperti ini? Tidak tahu.. Yang saya tahu, terlalu banyak mendengarkan apa kata orang sudah membuat saya kenyang. Berusaha tidak mau mendengarkan apa kata orang dan mencari Tuhan...
Eh, tapi mungkin tepatnya bukan berjuang... Saya sedang mencari... Mencari Sesuatu.
NB: Jangan biarin KASIH cuma jadi pemanis buatan..
Buat yang kepahitan seperti saya..
Jangan lelah mengampuni.. Jangan menyerah pada akar pahit.. Jangan mau diperdaya iblis... Tapi juga jangan tertuduh terlalu dalam...
Ini hanya tanda kalau kita memang cuma manusia dan untuk bisa mengampuni.. cuma karena kasih karunia. Kita bukan orang hebat yang ga pernah kepahitan. Tapi balik lagi... ingin berada di dalam lubang atau terima uluran tangan Tuhan buat balik... Balik ke rumah Tuhan, ke rumah Bapa. Tempat paling aman di dunia.
Announce!!!
Balik lagi ke teman-teman yang kepahitan, jangan menyerah dengan perasaan itu. Ya, benar orang memang tidak mengerti kita...Tapi kita bisa belajar buat share apa yang menjadi mau kita. Masih pada ga mengerti juga, duduk tenang dan ga usah pusing. Biar serahin sama Tuhan...Melepas dan melupakan apa yang menjadi hak kita. Membuang ego dan cuma liat Tuhan...
Sakit...sakit bangetttt... Tapi yang sakit itu terkadang lebih mendatangkan kebaikan daripada yang manis dan nyaman.. :)..
God bless.. Tuhan selalu bersama kita.
Sakit...sakit bangetttt... Tapi yang sakit itu terkadang lebih mendatangkan kebaikan daripada yang manis dan nyaman.. :)..
God bless.. Tuhan selalu bersama kita.
2 Comments