Saya mau sharing pergumulan saya beberapa hari lalu soal hubungan pria wanita. Seperti yang pernah saya tulis di salah satu blog saya soal batasan touching antara saya dan Aki. Kemarin pagi saya minta sama Aki lagi buat rekomitmen soal hal ini.
Awalnya kami memang komit boleh pegangan tangan, tapi ga boleh hugging, ga boleh kissing dan yang lebih dari itu. Kami bisa jaga komit itu dan ga pernah keluar dari garis yang udah kita buat bareng-bareng, tapiiii... ternyata saya ga damai sejahtera dengan komitmen itu.
Saya dan Aki bertumbuh di gereja yang nilai-nilainya kuat. Pasangan-pasangan di gereja kami biasanya komitmen ga pegangan tangan dan jaga kekudusan dengan cara itu. Adik-adik rohani dan sahabat-sahabat saya juga tahu itu begitu juga Om dan Tante (ortu Aki)... Tiap kali saya jalan sama Aki dan holding his hand, hati nurani berasa di garuk-garuk. Saya kebayang-bayang muka anak-anak yang pernah saya bina, muka Om sama Tante. Berkali-kali saya rasionalisasi rasa ga enak itu.
Hati tuh kayak ngomong kalau kami jadi batu sandungan, tapi pikiran saya bilang kalau kami ga ngelanggar komitmen. Hati saya bilang, " Kalau nanti ada jemaat gereja yang liat, terus mereka tanya sama Om & Tante, mereka harus bilang apa?"... " Gimana dengan anak-anak rohani kamu yang liat?? Mereka ga tahu pasti hubungan kalian. Mereka malah akan bertanya-tanya. Mending dicrosscek, kalau ga dan pakai asumsi sendiri??"
Sempet bilang ke hati kalau itu bukan urusan saya. Yang penting saya dan Aki ga langgar komitmen dan ga lakuin yang aneh-aneh. Kita cuma GANDENGAN TANGAN, ga lebih.
Saya masih berdebat soal itu dengan Roh Kudus, sampai di malam Senin kemaren Tuhan ingetin tentang hati nurani. Kalau hati nurani terus ga digubris lama-lama hati bisa tumpul. Kalau hati tumpul, lama-lama ego gede dan kalau ego gede, kita ga bisa punya kasih yang seperti kasihnya Tuhan. Ego besar cuma bawa masalah dan permasalahan.
Dan kalau pun emang buat saya gandengan tangan itu ga masalah, hati nurani saya ga akan berasa di garuk-garuk, saya akan berani gandeng Aki di depan anak-anak komsel atau di depan Om & Tante. Bukan gandengan tangannya yang masalah, tapi bebalnya hati saya terhadap Roh Kudus yang ingetin.
Hubungan saya sama Aki bukan tentang kami berdua saja. Kalau memang cuma berdua saja tidak akan apa-apa gandengan tangan atau kami berada lingkungan yang nilai-nilai-nya ga seperti di gereja kami, mungkin tidak apa-apa (kayak di negeri barat sana, gandengan tangan hanya bahasa kasih biasa). Gandengan tangan tidak akan jadi dosa kalau cuma antara saya dan Aki, tapi kalau gandengan tangan udah jadi batu sandungan bagi orang lain, hal itu udah jadi masalah.
Sempet ga rela buat rekomitmen masalah ini. Saya bukan tipe orang yang bisa nunjukkin sayang dengan kata-kata, memang lebih gampang lewat sentuhan dan perhatian. Saya juga tipe yang ngerasa disayang kalau dapet sentuhan kasih (makanya ga bisa disentuh atau nyentuh orang sembarangan.. Buat saya mahaaalll itu harganya). Tapi Tuhan ingetin lagi, kalau hari ini saya ga taat... Kami berdua bisa jatoh kapan aja. Tuhan ingetin kerinduan saya buat jagain Aki, kerinduan saya buat punya pernikahan kudus, keinginan hati saya buat nyenengin hati Tuhan... Bukan masalah gandengan tangannya, tapi masalah saya mau taat atau ga sama Bapa. Itu standar kekudusan yang sebenarnya saya maksud waktu saya tulis tentang standar kekudusan.
Akhirnya mau taat dan buat ngomong sama Aki agak bingung. Biar ga nunda-nunda ngomong, akhirnya saya bilang sama Aki, pas makan siang bisa ngomong ga? Dia bilang Ok. Dengan cara ini saya ninggalin hutang buat ngomong, jadi saya tidak akan bisa menghindar karena pasti Aki akan nanya terus. Yaa dan ngomongnya malah pagi-paginya karena Aki udah nanya-nanya duluan. Ya, daripada nunda-nunda akhirnya saya bicarakan.
Inilah kenapa saya sayang banget sama Aki, dia mau ngerti pergumulan saya dan setuju dengan apa yang saya mau. Kita menaikkan standar kita. Bukan ga touching sama sekali, tapi boleh gandeng pas nyebrang atau keadaan yang crowded aja.
Mimpi saya buat hubungan ini cuma 1, supaya Tuhan terus berkenan atas hubungan ini, supaya Tuhan terus betah ada di tengah-tengah kami berdua. Supaya Tuhan terus bekerja dalam hidup kami... Saya pengen liat Aki jadi pria yang maksimal karena itu, sebagai penolong saya pun harus jadi wanita yang maksimal.
Semuanya hanya karena kasih karunia Tuhan.
Sebab itu aku senantiasa berusaha untuk hidup dengan hati nurani yang murni di hadapan Allah dan manusia. Kisah Para Rasul 24:16
2 Comments