Ada pertanyaan dari Veryani, kenapa saya empet sama Aki waktu sebelum jadia. Hahahah..Jadi pengen bernostagila..
Jadi begini ceritanya…
Saya dan Aki pertama kenal waktu di komsel. Waktu itu saya baru kuliah di semester dan baru bergabung dengan komsel. Aki sendiri baru pindah ibadah dari ibadah youth ke ibadah mahasiswa dan bergabunglah dia di komsel Ka Cilla-Ka Stevi dimana saya berkomsel.
Waktu pertama ketemu itu saya kira dia baru masuk Abbalove, ternyata dia dedengkot Abbalove. Hahhahah…Dari jaman Abbaloph masih cupu sampe sekarang dia ibadah di tempat yang sama. Lebih sesepuh dari Pemimpin Komsel malahan. Hahahha…
Seperti biasa waktu itu kalau ada temen baru pasti kita pengen mereka ngerasa nyaman. Ya saya sapa dan tanya-tanya. Yang paling saya inget waktu itu cuma dia tau-tau ngeluarin komik dari tasnya dan mulai dah punya dunia sendiri, ketawa ketiwi sendiri. Seneng ada orang yang sama-sama suka baca komik, tapi baca komik sendiri sementara orang lain hahhaa hihihi ngobrol, buat saya agak ga sreg. Dari situ saya sebut dia Komik Boy. :p.
Setelah itu ya ga gimana-gimana. Kita temenan biasa, malahan saya waktu itu saya sedang simpati dengan yang lain dan kayaknya sih Aki masih punya cewe-rumput tetangga dari gereja lain :p. Pokoknya ga ada tertarik sama sekali. Malahan saya ngeliat Aki itu bukan tipe saya buangeeettt.. Pake bajunya asal, rambutnya gondrong, suka ketawa ga jelas, apa-apa dibuat bercandaan. Yah, kalau soal itu sih masih saya toleransilah ya.
Yang membuat saya empet sama Aki dimulai saat ada acara dari Abbalove gede-gedean. Di situ semua anak muda bersatu dan berdoa (di Senayan). Nah, di satu bagian acara ada perkenalan program Pria Sejati dan cowo-cowo yang udah ikut Kelas PS diundang bangkit berdiri. Saya yang emang kadang iseng bangkit berdiri sambil ketawa ketiwi. Aki langsung ngeledekin, ternyata saya cowo atau apa gitu…Lupa kata-katanya. Saya bilang kalau saya kan Cuma iseng. Tapi ternyata dia meledek terus sampai pulang, bahkan ternyata sampai besoknya-besoknya dan besoknya lagi… *Pengen jambak mukanya kalo inget. Hahahhah..
Yang aneh, entah kenapa saya terpancing terus setiap dia ngeledek. Bukan cuma kepancing ngeledek, tapi ada rasa kesal juga. Hueee…Dan ga tau mulai kapan akhirnya saya jaga jarak dan ga mau deket-deket. Maksudnya sih biar ga kepancing ledek-ledekan :p.
Saya semakin menjauhi dia waktu satu hari di Latihan Dasar Kepemimpinan, Aki bersikap aneh. Waktu itu lagi jurit malam dan saya menunggu di tenda bersama beberapa teman yang lain. Nah, ga tau Aki udah balik duluan atau memang ga ikutan, dia ada di tenda juga. Di situ kita duduk samping-sampingan. Seperti biasa kita ledek-ledekan dan tau-tau dia ngajak ngobrol dengan cara normal dan serius. Saya langsung ketakutaaaann…takutnya dia kesambet sesuatu. Hahhaha… Saya langsung mendekati teman cowo yang lain dan hahah hihihi sama teman saya itu, biar tidak diajak ngobrol Aki. =.=
Waktu saya cerita ke salah satu teman saya soal tingkah Aki itu, dia malah bilang “ Jangan-jangan dia ada rasa, Las.”…Mutuuuungggg…saya ingat sekali kalau waktu itu saya ketakutan setengah mati. Hahahahha…Sejak itu saya semakin jaga jarak sama Aki dan bersikap lebih dingin. Tapi kayaknya orangnya tidak merasa tuuuuhhh…
Saya makin sebal sama orang ini waktu kami satu pelayanan. Kami tergabung dalam tim drama ibadah mahasiswa dan kami diberi kepercayaan untuk membuat sebuah drama. Waktu latihan rasanya kepala saya panas. Kenapa? Karena dari awal sampai akhir semua ketawa sampai ngakak. Ada saja yang mereka tertawakan, sementara saya bingung karena latihan tidak dimulai-mulai. Aki sendiri terus menerus mengeluarkan guyonan. Di situ saya ‘menempelkan cap di jidadnya’- ‘ Bukan orang yang serius’. Suka sebel sama orang yang bercanda, tapi kebablasan dan ga inget waktu :p.
Di beberapa pelayanan juga masih suka sebel. Ga mau liat muka, ga mau ngobrol serius, kecuali penting banget. Ngeliat gaya pengen banget dipermak..Hahhaha…Tapi siapa dia siapa saya. Saudara juga bukan :p.
Sampai waktu saya mengikuti kelas WB, di situ diajarkan tentang menjadi wanita penolong. Ga cuma menolong saudara seiman yang wanita tapi juga pria. Menolong mereka bersikap seperti pria sejati. Saat itu yang saya inget gimana sikap Aki dan bagaimana sikap hati saya sama dia. Akhirnya saya ambil komitmen untuk bersikap baik dengan dia dengan tidak membalas candaannya karena kadang-kadang kalau kami sudah ribut, saya merasa kami seperti jadi batu sandungan. Ga damai sejahtera.
Di camp wanita bijak saya lebih menguatkan komitmen saya lagi dan memutuskan mengampuni dia …Heee…Ga tahu ya, saat itu saya cum berpikir harus mengampuni…akakakka… Pulang dari situ saya benar-benar tidak membalas ledekannya. Puji Tuhan teman-teman membela saya supaya Aki berhenti meledek. Sejak itu Aki bener-bener mengurangi ledekannya dan kami jadi makin dingin.
Kami baru benar-benar berkomunikasi lagi saat kami chatting confrence dengan temen-temen komsel. Manusia lama keluar. Saling ledek-ledekan, meski saya berusaha menahan diri. Sampai akhirnya Tuhan gerakin saya buat jadi saudara seiman yang baik. Saya menanggapi obrolannya dengan serius. Menanggapi cerita dia dengan baik dan tau-tau semuanya ngalir. Saya mulai berdoa buat dia, puasa, tanya pemimpin, bawa ke orang tua, dsb. Akhirnya setelah bergumul hampir setahun, ya jadiaann.. :p.
Ternyata saya sudah tulis detail dan jelasnya di sini.
Jadi begini ceritanya…
Saya dan Aki pertama kenal waktu di komsel. Waktu itu saya baru kuliah di semester dan baru bergabung dengan komsel. Aki sendiri baru pindah ibadah dari ibadah youth ke ibadah mahasiswa dan bergabunglah dia di komsel Ka Cilla-Ka Stevi dimana saya berkomsel.
Waktu pertama ketemu itu saya kira dia baru masuk Abbalove, ternyata dia dedengkot Abbalove. Hahhahah…Dari jaman Abbaloph masih cupu sampe sekarang dia ibadah di tempat yang sama. Lebih sesepuh dari Pemimpin Komsel malahan. Hahahha…
Seperti biasa waktu itu kalau ada temen baru pasti kita pengen mereka ngerasa nyaman. Ya saya sapa dan tanya-tanya. Yang paling saya inget waktu itu cuma dia tau-tau ngeluarin komik dari tasnya dan mulai dah punya dunia sendiri, ketawa ketiwi sendiri. Seneng ada orang yang sama-sama suka baca komik, tapi baca komik sendiri sementara orang lain hahhaa hihihi ngobrol, buat saya agak ga sreg. Dari situ saya sebut dia Komik Boy. :p.
Setelah itu ya ga gimana-gimana. Kita temenan biasa, malahan saya waktu itu saya sedang simpati dengan yang lain dan kayaknya sih Aki masih punya cewe-rumput tetangga dari gereja lain :p. Pokoknya ga ada tertarik sama sekali. Malahan saya ngeliat Aki itu bukan tipe saya buangeeettt.. Pake bajunya asal, rambutnya gondrong, suka ketawa ga jelas, apa-apa dibuat bercandaan. Yah, kalau soal itu sih masih saya toleransilah ya.
Yang membuat saya empet sama Aki dimulai saat ada acara dari Abbalove gede-gedean. Di situ semua anak muda bersatu dan berdoa (di Senayan). Nah, di satu bagian acara ada perkenalan program Pria Sejati dan cowo-cowo yang udah ikut Kelas PS diundang bangkit berdiri. Saya yang emang kadang iseng bangkit berdiri sambil ketawa ketiwi. Aki langsung ngeledekin, ternyata saya cowo atau apa gitu…Lupa kata-katanya. Saya bilang kalau saya kan Cuma iseng. Tapi ternyata dia meledek terus sampai pulang, bahkan ternyata sampai besoknya-besoknya dan besoknya lagi… *Pengen jambak mukanya kalo inget. Hahahhah..
Yang aneh, entah kenapa saya terpancing terus setiap dia ngeledek. Bukan cuma kepancing ngeledek, tapi ada rasa kesal juga. Hueee…Dan ga tau mulai kapan akhirnya saya jaga jarak dan ga mau deket-deket. Maksudnya sih biar ga kepancing ledek-ledekan :p.
Saya semakin menjauhi dia waktu satu hari di Latihan Dasar Kepemimpinan, Aki bersikap aneh. Waktu itu lagi jurit malam dan saya menunggu di tenda bersama beberapa teman yang lain. Nah, ga tau Aki udah balik duluan atau memang ga ikutan, dia ada di tenda juga. Di situ kita duduk samping-sampingan. Seperti biasa kita ledek-ledekan dan tau-tau dia ngajak ngobrol dengan cara normal dan serius. Saya langsung ketakutaaaann…takutnya dia kesambet sesuatu. Hahhaha… Saya langsung mendekati teman cowo yang lain dan hahah hihihi sama teman saya itu, biar tidak diajak ngobrol Aki. =.=
Waktu saya cerita ke salah satu teman saya soal tingkah Aki itu, dia malah bilang “ Jangan-jangan dia ada rasa, Las.”…Mutuuuungggg…saya ingat sekali kalau waktu itu saya ketakutan setengah mati. Hahahahha…Sejak itu saya semakin jaga jarak sama Aki dan bersikap lebih dingin. Tapi kayaknya orangnya tidak merasa tuuuuhhh…
Saya makin sebal sama orang ini waktu kami satu pelayanan. Kami tergabung dalam tim drama ibadah mahasiswa dan kami diberi kepercayaan untuk membuat sebuah drama. Waktu latihan rasanya kepala saya panas. Kenapa? Karena dari awal sampai akhir semua ketawa sampai ngakak. Ada saja yang mereka tertawakan, sementara saya bingung karena latihan tidak dimulai-mulai. Aki sendiri terus menerus mengeluarkan guyonan. Di situ saya ‘menempelkan cap di jidadnya’- ‘ Bukan orang yang serius’. Suka sebel sama orang yang bercanda, tapi kebablasan dan ga inget waktu :p.
Di beberapa pelayanan juga masih suka sebel. Ga mau liat muka, ga mau ngobrol serius, kecuali penting banget. Ngeliat gaya pengen banget dipermak..Hahhaha…Tapi siapa dia siapa saya. Saudara juga bukan :p.
Sampai waktu saya mengikuti kelas WB, di situ diajarkan tentang menjadi wanita penolong. Ga cuma menolong saudara seiman yang wanita tapi juga pria. Menolong mereka bersikap seperti pria sejati. Saat itu yang saya inget gimana sikap Aki dan bagaimana sikap hati saya sama dia. Akhirnya saya ambil komitmen untuk bersikap baik dengan dia dengan tidak membalas candaannya karena kadang-kadang kalau kami sudah ribut, saya merasa kami seperti jadi batu sandungan. Ga damai sejahtera.
Di camp wanita bijak saya lebih menguatkan komitmen saya lagi dan memutuskan mengampuni dia …Heee…Ga tahu ya, saat itu saya cum berpikir harus mengampuni…akakakka… Pulang dari situ saya benar-benar tidak membalas ledekannya. Puji Tuhan teman-teman membela saya supaya Aki berhenti meledek. Sejak itu Aki bener-bener mengurangi ledekannya dan kami jadi makin dingin.
Kami baru benar-benar berkomunikasi lagi saat kami chatting confrence dengan temen-temen komsel. Manusia lama keluar. Saling ledek-ledekan, meski saya berusaha menahan diri. Sampai akhirnya Tuhan gerakin saya buat jadi saudara seiman yang baik. Saya menanggapi obrolannya dengan serius. Menanggapi cerita dia dengan baik dan tau-tau semuanya ngalir. Saya mulai berdoa buat dia, puasa, tanya pemimpin, bawa ke orang tua, dsb. Akhirnya setelah bergumul hampir setahun, ya jadiaann.. :p.
Ternyata saya sudah tulis detail dan jelasnya di sini.
0 Comments