Kalau orang bertanya tentang panggilan saya apa, saya pasti akan menjawab. Dunia pendidikan. Tapi kalau ditanya passion saya apa, saya akan katakan Dunia teater...Hehehhehe...
Apa bedanya, bu? Kalau di dunia pendidikan selain membuat saya terbakar, saya juga lebih sering merasa tidak mampu dan tidak berdaya. Halah...Ingin melakukan sesuatu dan do something yang membuat hati saya tergerak oleh belas kasihan.
Kalau Passion itu, saya lebih merasa terbakar. Saya seperti menjadi diri saya sendiri, bisa gift all tanpa saya merasa takut dan terbeban. Kalau pun ada rasa takut, rasa tertantang itu lebih besar lagi. Ada rasa ingin berkarya lebih lagi, aktualisasi diri, mengembangkan talenta.
Pertama kali kenal dunia teater waktu saya duduk di bangku TK. Peran pertama saya saat itu adalah menjadi seorang guruuuu...Yeayyy..Hehhehehe. Saya ingat sekali dialog singkat yang saya hapalkan.
" Kamu kenapa? Sakit ya?"..Udah begitu saja. Hahhaha..Lucunyaa. Waktu itu rambut saya disanggul dan memakai kemeja putih, rok hitam.
Penampilan kedua saya di dunia teater adalah saat duduk di bangku kelas 3 SMP. Masih ingat sekali saat itu anak-anak kelas 3 dikumpulkan untuk sebuah acara. Saya tidak ingat acara apa, tapi yang paling saya ingat saat itu kami diberi tugas perkelompok untuk membuat drama singkat. Membuat ide cerita dan dialog di hari itu dan dipentaskan hari itu juga di depan teman-teman seangkatan.
Waktu itu cerita yang kami pilih sangat sederhana. Saya sebagai ibu yang suka arisan dan keluar rumah sementara itu saya punya anak yang sering membuat ulah dan seorang anak lagi yang masih polos (kalau ga salah Sarah). Masalah timbul saat saya dan anak yang suka membuat ulah bertengkar. Lalu anak yang paling kecil menjadi penengah. Tidak disangka-sangka kelompok kami adalah kelompok dengan drama terbaik...Yeeaaayyy...Semua yang main niat banget. Waktu itu saya tidak terlalu engeh soal dunia teater, jadi santai saja.
Duduk di bangku SMA saya ikut pelaynan remaja dan di satu ibadah Natal anak-anak membuat pertunjukkan drama. Saya sangat ingat waktu itu pemeran utamanya Yusuf dan saya sendiri menjadi setan...Heeaaa....Waktu itu saya antusias sekali mendandani diri sendiri semengerikan mungkin. Akting juga niat banget. Nah, di sini saya mulai tertarik ikut drama, tapi tidak terlalu seberapa..
Di bangku kuliah saya mengikuti ibadah remaja dan saya melihat bagaimana kakak rohani saya melakukan pelayanan drama. Waktu itu saya melihat dia kelihatan hebat sekali (walaupun jadi banci...hueee). Saat ada pendaftaran untuk masuk pelayanan PESRAN, dengan penuh semangat saya mengajak sahabat saya Fafa dan kami pun mendaftarkan diri dengan segera.
Di hari pertama saya sangat bersemangat. Kami di tes satu per satu..Lagi-lagi saya dapat peran yang horor. tapi tidak apa, saya suka melakukannya. Sejak masuk PESRAN saya semakin mencintai dunia teater. Saya suka saat mendandani para pemain dan membuat wajah mereka menjadi sesuai dengan karakter yang diperankan. Saya suka saat membuat kostum yang sesuai dengan gambaran naskah..Saya suka berada di atas panggung dan saya juga suka berada di belakang panggung.
Sejak masuk PESRAN berbagai peran pun sudah saya coba. Mulai dari yang serius, sampai yang gila...Saya ingat waktu salah satu tim ibadah meminta saya tiba-tiba berteriak di tengah-tengah ibadah dan meneriaki semua jemaat. Berakting seolah-olah saya adalah jemaat yang marah pada saudara seiman karena tidak ada yang peduli pada hidup saya. Waktu itu saya berakting mulai dari saat ibadah dimulai. Saya terus memikirkan bagaimana rasanya marah pada gereja dan jemaatnya, apa rasanya, apa yang saya pikirkan..Dan saat tiba saatnya saya melepaskan amarah saya dan menunjuk-nunjuk Worship Leader. Pemimpin gereja yang tahu saya berakting mulai menenangkan, sayangnya saya waktu itu masih memikirkan tentang bloking. Hahahhaha....Selesai marah-marah dan menangis dengan berderai-derai air mata, saya berlari keluar ke ruang ibadah. Waktu rasanya lemas sekali. Seperti benar-benar lelah akan amarah dan tangisan...Tapi di situ juga saya semakin menyukai dunia akting dan teater...Kalau kita bisa menguasai peran kita, kita bisa menguasai penonton dan di saat itu pula kita bisa menyampaikan pesan yang ingin kita berikan lewat drama yang kita tampilkan.
Pernah saya vakum dari dunia teater dan mengambil pelayanan tim penyembahan. Saya suka menyanyi, tapi ternyata menyanyi dan menjadi tim penyembahan bukan passion saya. Saya bahkan sempat bergumul dengan pelayanan ini dan akhirnya memutuskan untuk berhenti. Pernah dalam satu tahun saya berdoa dan meminta pada Tuhan untuk bisa kembali ke pelayanan seni peran. Setelah saya menyelesaikan skripsi saya, akhirnya saya bisa bergabung lagi dengan PESRAN.
Di PESRAN bukan hanya skill akting saja yang dikembangkan, tapi juga membuat naskah, membuat kostum, membuat properti. Yang pasti di sini juga kami merasa seperti keluarga. Saya merasakan berada di tengah-tengah orang yang memiliki kerinduan yang sama, menyampaikan pesan Tuhan lewan dunia seni peran. Mungki PESRAN masih belum seberapa dibanding teater KOMA dan kawan-kawan, tapi saya percaya, PESRAN juga bisa memberikan dampak bagi penontonnya.
Sampai sekarang saya punya mimpi yang besar di dunia teater ini. Saya tidak tahu apakah bisa mewujudkannya bersama sahabat-sahabat sepelayanan atau tidak, tapi yang pasti saya tidak ingin berhenti memimpikannya... Dan saya percaya Tuhan akan bersama-sama kami untuk mewujudkannya...Menjadi teater Kristiani yang memberi dampak... Aminn :D...
0 Comments