Berbuat Baik Harus Mikir??

Kamis kemarin, saya dan beberapa siswa berkunjung ke salah satu Panti Asuhan yang ada di daerah Serpong, Tangerang. Panti Asuhan ini terdiri dari bayi dan anak yang berjumlah 40an anak.

Berbeda dari panti asuhan yang punya donatur tetap, panti asuhan ini benar-benar, jujur saja, tidak layak untuk jadi tempat tinggal anak-anak tersebut. Terlalu banyak kekurangan dari panti ini. Pertama kali melihat saja saya kaget. Saya pikir, " Ini panti atau gudang?". Temboknya sudah lapuk. Tidak ada fentilasi yang cukup. Toilet yang ada di luar pun hancur. Pagarnya sudah rusak. Pintu sudah dimakan rayap. Waktu saya melongok ke dalam, sampah berserakan di lantai.

Yang membuat saya meringis, anak-anak di panti tersebut tampak kotor dan tidak sehat. Mereka seperti tidak terurus.


Sebenarnya sebelum datang ke panti tersebut pun saya sudah mendengar desas desus kalau panti tersebut bukan panti yang benar. Rasanya mau menangis waktu dengar kabar itu. Saya bingung harus berbuat apa. Antara takut menyumbang ke orang yang salah, tapi kalau kama batalkan kasihan siswa yang sudah bekerja keras mengepak barang-barang.

Di malam Rabu saya tidak bisa tidur semalaman hanya memikirkan hal itu. Sampai hari H dan melihat panti itu secara langsung, saya semakin ingin menangis. Ada kebingungan di hati saya. Bertanya-tanya...
" Tuhan, kalau mau berbuat baik, haruskah kita memilih-milih dan mencari tahu dulu latar belakang orang tersebut???"

Pikiran dan hati saya seperti ga singkron...Ingin berbuat baik tanpa ada beban, tapi informasi yang saya terima membuat logika saya berputar-putar...

Akhirnya saya cuma memutuskan, karena ini sumbangan dari sekolah, saya akan melakukan apa yang jadi keputusan sekolah. Tapi jika hati saya tergerak untuk tetap memberi dengan berkat yang saya terima dari Tuhan secara pribadi, saya tidak akan menahan-nahannya.

Keputusan saya itu diteguhkan saat ngobrol dengan salah satu sahabat saya. Ia menceritakan bagaimana terkadang kita berpikir kalau kita memberikan uang pada pengamen atau anak jalanan, berarti kita sedang menabur agar anak jalanan semakin bertambah. Sedangkan saat itu hati kita benar-benar tergerak oleh belas kasihan. Apakah kita bodoh?? Tidak, tapi hati nurani yang berbicara dan tergerak tidak mungkin kita abaikan.

Dari situ saya memutuskan, mungkin saya akan dianggap bodoh saat berbuat baik, tapi selama itu tidak bertentangan dengan Firman Tuhan dan benar-benar tergerak dari hati saya, saya akan melakukannya. Tidak peduli apakah orang itu sedang menipu saya atau bukan.

Saya jadi ingat waktu saya pertama kali jatuh cinta sama Tuhan. Saya tidak menimbang-nimbang untuk berbuat baik. Saat itu yang terpikirkan hanya ingin membagikan kasih yang sudah saya terima dari Tuhan...Keliatan so stupid, tapi saat itu saya tahu, Tuhan di pihak saya...



1 Timotius 6:18 Peringatkanlah agar mereka itu berbuat baik, menjadi kaya dalam kebajikan, suka memberi dan membagi 

Yakobus 4:17 Jadi jika seorang tahu bagaimana ia harus berbuat baik, tetapi ia tidak melakukannya, ia berdosa. 

Ayub 6:14 Siapa menahan kasih sayang terhadap sesamanya, melalaikan takut akan Yang Mahakuasa. 

Yesaya 54:2 Lapangkanlah tempat kemahmu, dan bentangkanlah tenda tempat kediamanmu, janganlah menghematnya; panjangkanlah tali-tali kemahmu dan pancangkanlah kokoh-kokoh patok-patokmu!

2 Comments