Ok, ini postingan ketigaa saya buat ThanksGiving Thursday!! Apaan tuh?? Program untuk mengingatkan kita untuk menghitung berkat-berkat dan supaya kita lebih banyak bersyukur lagi (bersyukur dalam segala hal getoo)...
Tertarik buat join?? Buka BLOG INI SAJA. Nanti di situ dijelaskan apa-apa saja syarat buat joinnya. Ok?? Mari bergabuuungggg!!
Yeahhh..Udah lama ga nulis blog neh. Sejak sakit otak juga jadi mandeg. Hueheheh....Posting buat ThankGiving Thursday sih telat, tapi gpp ya. Pengen ThanksGiving soalnya. Hehehhe.
Sudah masuk semester baru dan mulai sibuk ini itu lagi. Yang pasti saya juga memulai awal baru. Akhirnya saya pindah dari ibadah khusus mahasiswa ke dewasa muda.
Untuk memutuskan pindah ke dewasa muda, saya sendiri harus mengalami krisis rohani dan psikologis dulu. Hueee...Ditengah tekanan kerja dan pelayanan yang menumpuk, saya harus membagi waktu saya dengan baik. Sedangkan secara rohani saya kekeringan. Bukan cuma kekeringan tentang firman Tuhan, tapi juga komunitas yang tepat.
Sering sekali saya menemukan diri saya seperti orang asing di tengah ibadah saya yang dahulu. Mungkin selain karena saya sudah tua di tengah anak-anak muda itu, saya sendiri merasa tidak berfungsi dengan maksimal. Ibadah dan pelayanan seperti menjadi beban berat buat saya.
Belum lagi saya konflik dengan komunitas dan sahabat. Saya merasa burn out dan seperti orang-orang menyodorkan pada saya begitu banyak hal yang harus diselesaikan, sedangkan tangan saya hanya ada dua. Kalau dibilang harus bertahan dan bersabar, saya jadi berpikir sampai kapan.
Kalau dibilang, Tuhan pasti beri kekuatan...Iya, saya tahu Tuhan beri kekuatan...tapi sampai kapan??
Sampai satu titik, Tuhan buka mata saya...Saya tidak lagi melayani dengan hati. Tuhan katakan hati saya sudah pindah ke tempat lain...Pot dimana Tuhan meletakkan saya untuk bertumbuh sudah tidak cukup lagi untuk menampung akar-akar saya...Waktunya saya menemukan pot yang lebih besar.
Dan saya mengerti, seiring bertambahnya usia saya dan perjalanan iman saya...semakin banyak hal pula yang Tuhan bukakan dan setiap hal yang terbuka itu membuat saya ingin merentangkan tangan selebar mungkin di tempat yang Tuhan sudah taruh (duni pendidikan dan seni)...Kalau saya masih berkutat di tempat yang tidak seharusnya, lama-lama saya akan mati...
Antara kebutuhan rohani dan rasa tanggung jawab di dalam komsel membuat saya bergumul tidak karuan. Saya berteriak pada Tuhan, "Kenapa dunia keKristenan itu ga adil?? Di saat saya ngos-ngosan memberi yang terbaik, orang-orang malah dengan santainya menaruh beban di bahu saya??!! Kenapa mereka ga mau buka mata sedikit dan menghargai kerja keras saya dengan sedikit menolong saya??!!"
Waktu saya bicara seperti itu pada Tuhan saya berpikir tidak apa kalau Tuhan mau tampar mulut saya, saya pikir lebih baik Tuhan hajar saya, daripada saya berpura-pura kuat. Setelah jeritan-jeritan hati saya itu, saya akhirnya cuma bisa menyerah pada Tuhan. Saya terang-terangan waktu saya katakan pada Dia kalau saya belum bisa mengampuni salah satu saudari seiman saya.
Banyak firman muncul di kepala saya dan saya masih berkata, saya belum bisa mengampuni orang-orang itu. Saya tahu mereka tidak salah, saya tahu itu semua karena situasi...Saya tahu kalau mengampuni adalah keputusan bukan perasaan....
Saya tidak tahu kenapa saya sulit mengampuni, tapi satu hal saat itu...Saat saya berkata jujur pada-Nya..Hanya keyakinan kalau Tuhan tidak berhenti mengasihi saya yang membuat saya kuat. Membuat saya kuat untuk tidak lari dari Dia...Saya berhadapan dengan Dia dengan membawa dosa saya...
Saya tidak bangga dengan dosa itu, tapi saat itu yang saya pikirkan..."Tuhan, saya terluka...Saya sulit mengampuni...Tolong saya...Tolong saya..."
Saya terlihat kokoh dan keras dengan amarah saya, tapi sebenarnya saya hancur hati dan dan sangat memohon pertolongan-Nya untuk saya memiliki hati yang lembut dan bisa mengampuni.
Dulu mengampuni begitu mudah saya lakukan, tetapi sejak saat itu saya mengerti..Untuk mengampuni pun butuh kasih karunia...Butuh pertolongan Tuhan...
Saat-saat terberat itu menggoreskan beberapa luka dan trauma, Dia tidak memulihkannya dengan segera. Ia hanya melihat dan menunggu. Saya hanya percaya satu hal, Dia akan memulihkannya di waktu yang tepat, di saat luka itu ternyata dapat memulihkan luka yang lain. Supaya nama-Nya di permuliakan dan saya bisa melihat pekerjaan tangan-Nya.
Terkadang saya ingin mengatakan ini pada-Nya... " Aku membenci-Mu, Tuhan...Betapa kerasnya kau menghajarku...Tapi cintaku terlebih besar pada-Mu, karena aku tahu Kau melakukannya demi cintaMu padaku."
Benci dan cinta itu kan 'beti' (beda tipis)...
Lebih dari semua...perjalanan cinta saya dan Tuhan masih panjang...masih banyak yang harus saya lewati...dan hanya pegangan tangan-NYa yang membuat saya kuat.
0 Comments