Dari awal bulan sudah nunggu-nunggu banget ultah Aki. Udah mikirin mau kasih kado apa, bahkan voucher metro aku pilih daripada voucher Carefour supaya bisa beli sesuatu buat Aki. Hueeehh...Kalo saya baca lagi kalimat ini sepertinya saya sedang mabuk..
Sepertinya memang begitu karena di hari ulang tahun Aki suasana malah tidak enak seperti yang saya harapkan.
Pagi-pagi saya langsung sms dia untuk mengucapkan selamat ulang tahun dan saya minta ia datang ke kosan setelah pulang latihan teater di gereja. Tapi dia tidak mau karena mau merenung di hari ulang tahunnya. Ingin mengingat kalau dia sudah lebih dewasa dan tidak boleh main-main.
Sebagai cewenya harusnya saya merasa bangga dengan niat Aki, tapi tidak tahu mengapa saya merasa sakit sekali. Apa yang saya siapkan dari minggu-minggu lalu (walaupun hanya sekedar kado) seperti tidak dihargai dan sia-sia. Jujur sekali hati saya sakiit minta ampun, saya sendiri tidak tahu kenapa bisa merasa seperti itu.
Beberapa minggu ini juga sering kesal sama Aki dan kaerna sudah capek pemberesan, saya tidak membalas sms-nya lagi. Seharian saya tidak menghubunginya. Saya juga tidak angkat teleponnya. Bahkan saya menghapus komennya di status FB saya >.<..(so childishh like ababil)...Saya rasakan hati saya begitu keras. Berapa kali di kepala saya berpikir tidak mau merasakan sakit seperti itu lagi. Saya harus mengingat rasa sakit itu supaya saya tidak berharap banyak dan menjadi sakit...
Saya berencana untuk mengantar langsung kado yang sudah saya siapkan ke rumahnya langsung hari senin ini dengan harapan tidak perlu bertemu dia dan langsung pulang (saya lupa kalau hari ini dia cuti, pasti ada di rumah ..LOL). Benar-benar pikiran ababil muncul bertubi-tubi di kepala saya.
Untungnya ada teman yang mengetok pintu, ternyata Martina dan Fafa. Mereka menanyakan tentang kado untuk Aki. Saya menjawabnya dengan asal "Bodo amat."...Martina malah membaca kalau saya habis menangis. Saya tidak menjawab...:D (malu-maluin tauu).
Beberapa lama kami mengobrol dan akhirnya kembali ke kamar masing-masing. Saya sendiri sudah kelelahan dan ingin tidur lagi.
Beberapa kali di otak saya memikirkan tidak mungkin Aki akan datang, tidak mungkin dia akan datang. Beberapa kali motor lewat membuat saya merasa takut kalau dia tiba-tiba datang. Satu motor berhenti di depan kosan saya dan terdengar seperti suara motor Aki. Arghh!! Saya langsung meyakinkan diri saya kalau itu bukan dia...pasti itu bukan dia..tidak mungkin itu dia (menutup kepala dengan selimut dan semakin rapat dengan bantal).
Saya dengar Martina turun ke lantai bawah, saya pikir itu kenalan dia..Tapi saya juga malah semakin takut. Tak berapa lama kemudian pintu kamar saya diketuk. Awalnya pelan, lama-lama menjadi keras. Saya menunggu berapa lama. Saya pikir martina. Mungkin ada perlu sesuatu, tapi saya tetap takut itu Aki..waktu saya buka pintu..itu memang Aki!!! Saya langsung menutup pintu dan mendorongnya dengan keras. Saya tidak siap bertemu dengan dia.
You know..merasa marah dan tidak mau bicara, tapi tetap saja merasa konyol dengan amarah sendiri.
Di kamar saya berpikir, apa saya diamkan saja atau bagaiamna...Tapi saya juag tidak tega. Masa saya biarkan Aki diluar menunggu dengan tidak jelas. Bagaimana pun masalah ini harus dibicarakan.
Akhirnya saya putuskan untuk keluar. Kalau saya terus di dalam kamar tidak akan menyelesaikan masalah. He said sorry...Tapi tidak tahu kenapa saya susah ngomong..Saya tidak tahu harus ngomong apa. Perasaan saya tidak enak, antara takut sakit lagi, tapi juga tidak mau bersikap kekanakan...
Aki tidak salah apa-apa, tapi sikap hati saya yang salah...Akhirnya saya memutuskan untuk berbaikan walau sebenarnya saya tidak yakin sudah mengampuni atau belum. Kepala saya terasa penuh...terngiang-ngiang kata-kata teman saya " Apa yang kamu pertahankan?" karena aki bertanya tentang itu juga...Ia merasa berat sebelah. Saya terlalu berusaha, sedangkan Aki tidak mau terlalu memaksakan segala sesuatu.
Saya jadi bertanya pada diri saya sendiri juga. Apa yang saya pertahankan? Kenapa saya selalu berusaha dengan keras sampai akhirnya malah terluka??
Yeah, lupakan sebentar saja masalah itu. Terlalu banyak berpikir malah membuatmu jadi gila.
Kado itu akhirnya saya berikan juga pada Aki (yang rencananya saya berikan ke rumahnya langsung, berencana saya jual juga, bahkan ingin saya buang LOL). So happy to see him wear the blazer...It fits to him...-^^-..
Ini gambar kenapa posisinya ga mau potrait ya?? Huuuhhh...
Sepertinya memang begitu karena di hari ulang tahun Aki suasana malah tidak enak seperti yang saya harapkan.
Pagi-pagi saya langsung sms dia untuk mengucapkan selamat ulang tahun dan saya minta ia datang ke kosan setelah pulang latihan teater di gereja. Tapi dia tidak mau karena mau merenung di hari ulang tahunnya. Ingin mengingat kalau dia sudah lebih dewasa dan tidak boleh main-main.
Sebagai cewenya harusnya saya merasa bangga dengan niat Aki, tapi tidak tahu mengapa saya merasa sakit sekali. Apa yang saya siapkan dari minggu-minggu lalu (walaupun hanya sekedar kado) seperti tidak dihargai dan sia-sia. Jujur sekali hati saya sakiit minta ampun, saya sendiri tidak tahu kenapa bisa merasa seperti itu.
Beberapa minggu ini juga sering kesal sama Aki dan kaerna sudah capek pemberesan, saya tidak membalas sms-nya lagi. Seharian saya tidak menghubunginya. Saya juga tidak angkat teleponnya. Bahkan saya menghapus komennya di status FB saya >.<..(so childishh like ababil)...Saya rasakan hati saya begitu keras. Berapa kali di kepala saya berpikir tidak mau merasakan sakit seperti itu lagi. Saya harus mengingat rasa sakit itu supaya saya tidak berharap banyak dan menjadi sakit...
Saya berencana untuk mengantar langsung kado yang sudah saya siapkan ke rumahnya langsung hari senin ini dengan harapan tidak perlu bertemu dia dan langsung pulang (saya lupa kalau hari ini dia cuti, pasti ada di rumah ..LOL). Benar-benar pikiran ababil muncul bertubi-tubi di kepala saya.
Untungnya ada teman yang mengetok pintu, ternyata Martina dan Fafa. Mereka menanyakan tentang kado untuk Aki. Saya menjawabnya dengan asal "Bodo amat."...Martina malah membaca kalau saya habis menangis. Saya tidak menjawab...:D (malu-maluin tauu).
Beberapa lama kami mengobrol dan akhirnya kembali ke kamar masing-masing. Saya sendiri sudah kelelahan dan ingin tidur lagi.
Beberapa kali di otak saya memikirkan tidak mungkin Aki akan datang, tidak mungkin dia akan datang. Beberapa kali motor lewat membuat saya merasa takut kalau dia tiba-tiba datang. Satu motor berhenti di depan kosan saya dan terdengar seperti suara motor Aki. Arghh!! Saya langsung meyakinkan diri saya kalau itu bukan dia...pasti itu bukan dia..tidak mungkin itu dia (menutup kepala dengan selimut dan semakin rapat dengan bantal).
Saya dengar Martina turun ke lantai bawah, saya pikir itu kenalan dia..Tapi saya juga malah semakin takut. Tak berapa lama kemudian pintu kamar saya diketuk. Awalnya pelan, lama-lama menjadi keras. Saya menunggu berapa lama. Saya pikir martina. Mungkin ada perlu sesuatu, tapi saya tetap takut itu Aki..waktu saya buka pintu..itu memang Aki!!! Saya langsung menutup pintu dan mendorongnya dengan keras. Saya tidak siap bertemu dengan dia.
You know..merasa marah dan tidak mau bicara, tapi tetap saja merasa konyol dengan amarah sendiri.
Di kamar saya berpikir, apa saya diamkan saja atau bagaiamna...Tapi saya juag tidak tega. Masa saya biarkan Aki diluar menunggu dengan tidak jelas. Bagaimana pun masalah ini harus dibicarakan.
Akhirnya saya putuskan untuk keluar. Kalau saya terus di dalam kamar tidak akan menyelesaikan masalah. He said sorry...Tapi tidak tahu kenapa saya susah ngomong..Saya tidak tahu harus ngomong apa. Perasaan saya tidak enak, antara takut sakit lagi, tapi juga tidak mau bersikap kekanakan...
Aki tidak salah apa-apa, tapi sikap hati saya yang salah...Akhirnya saya memutuskan untuk berbaikan walau sebenarnya saya tidak yakin sudah mengampuni atau belum. Kepala saya terasa penuh...terngiang-ngiang kata-kata teman saya " Apa yang kamu pertahankan?" karena aki bertanya tentang itu juga...Ia merasa berat sebelah. Saya terlalu berusaha, sedangkan Aki tidak mau terlalu memaksakan segala sesuatu.
Saya jadi bertanya pada diri saya sendiri juga. Apa yang saya pertahankan? Kenapa saya selalu berusaha dengan keras sampai akhirnya malah terluka??
Yeah, lupakan sebentar saja masalah itu. Terlalu banyak berpikir malah membuatmu jadi gila.
Kado itu akhirnya saya berikan juga pada Aki (yang rencananya saya berikan ke rumahnya langsung, berencana saya jual juga, bahkan ingin saya buang LOL). So happy to see him wear the blazer...It fits to him...-^^-..
Ini gambar kenapa posisinya ga mau potrait ya?? Huuuhhh...
Erghh..this one Guilty!! |
aki makin fotogenik, oma kucel abiss |
Yang pasti dari masah ini, saya tahu kelemahan saya apa dan kelemahan aki apa. Bener-bener belajar mengasihi dan menerima kesalahan orang lain..
Ababilnya saya sendiri saya renungin ada ketidak tentraman di dalam hati saya yang akarnya adalah kekecewaan dan jauh dari Bapa...Saya merasakan banyak amarah di dalam diri saya yang saya sendiri sulit untuk mengungkapkannya. Sepertinya Tuhan sedang menggalinya pelan-pelan...I feel that...Ada jarak antara saya dan Tuhan...dan itu sakit banget..
6 Comments