Beberapa hari ini perasaan dan pikiran saya diaduk-aduk tidak karuan. Perasaan dan pikiran tidak bisa diajak bekerja sama. Kalau diingat-ingat saya sering merasakan hal seperti ini dan pertama kali saya mengalaminya waktu saya duduk di bangku SMP.
Saya menangis tidak karuan, hati saya gelisah, pikiran saya berusaha menekan perasaan itu tapi tidak berhasil. Sampai akhirnya orang tua saya bertanya, kenapa. Saya cuma mengatakan kalau saya merasa tidak diperhatikan. Padahal saya sendiri tidak yakin dengan jawaban itu. Saya tahu pasti kalau orang tua saya sangat memperhatikan saya dan menyayangi saya. Tapi untuk menjawab pertanyaan 'kenapa' dari orang tua saya, saya seperti tidak menemukan jawaban lain. Orang tua saya tentu saja menjadi bingung. Mereka berusaha menenangkan saya kalau pikiran saya itu tidak benar dan saya berusaha menerimanya.
Sejak saat itu, setiap kali saya sulit dinasehati kejadian itu menjadi senjata untuk membuat saya terdiam. Hahahahha...Dan saya pun jadi malas bercerita pada orang tua saya setiap kali saya ingin berkeluh kesah.
Tapi bukan itu masalahnya. Yang jadi masalah adalah perasaan apa itu? Kenapa saya merasakan hal itu? Jujur sejujurnya, sebagai orang yang memakai logika, saya tersiksa dengan perasaan itu. Saya tidak suka dengan perasaan seperti itu.Tapi pada kenyataannya saya memiliki perasaan itu.
Kalau kata para ahli,semua perempuan memiliki perasaan itu. Tiba-tiba merasa kesepian, tiba-tiba merasa tidak digubris, tiba-tiba merasa tidak dimengerti, tiba-tiba merasa tidak dihargai dan sebagainya, dan sebagainya.Ya, saya pikir itu yang saya rasakan (saya baru mengerti sekarang).
Saya cuma tidak mengerti kenapa saya harus merasakan hal itu? Sedangkan saya sangat mengerti kalau saya disayangi, saya dikasihi, saya dihargai, dan saya bukanlah orang yang kesepian. Setiap kali perasaan-perasaan itu muncul saya berusaha menekannya dengan mengatakannya kalau itu semua perasaan itu tidak benar, tapi yang saya dapati malah perdebatan dengan diri saya sendiri dan rasanya sakit minta ampun.
Saya tidak tahu harus marah pada siapa, yang akhirnya saya malah marah pada semua orang.
Tapi pada saat saya sedang mandi (kamar mandi memang tempat merenung yang terbaik), saya merenung dan memikirkan apa yang terjadi pada diri saya. Saya bertanya pada Tuhan, kenapa Tuhan ijinkan saya mengalami perasaan ini...dan Tuhan menyentakkan saya...
Tuhan ingin saya mengakui bahwa saya adalah perempuan biasa yang memakai perasaan. Saat itu tembok tinggi yang saya bangun bertahun-tahun seperti runtuh dan hancur berkeping-keping.
Ya, saya selalu berpikir kalau saya adalah wanita yang berbeda dari wanita lain. Saya wanita mandiri yang tidak perlu pertolongan siapa pun untuk membuat hidup saya tetap berjalan. Cukup Tuhan di sisi saya, saya pasti sanggup berjalan. Kalimat itu benar, tapi ternyata di balik itu semua ada luka dan kesombongan terutama pertahanan diri.
Saya menjadi wanita mandiri karena saya tidak merasakan bagaimana ayah saya melindungi saya. Saya tidak pernah merasakan kasih sayang ayah saya secara langsung di masa-masa pertumbuhan saya saat menjadi seorang wanita. Saya tidak merasakan tangan ayah saya benar-benar menolong saya pada saat saya melakukan sesuatu. Semua saya kerjakan sendiri. Bahkan saya sangat ingat satu kejadian saat saya harus melakukan sesuatu dan mengaharapka ayah saya membantu saya, Beliau malah menyuruh saya untuk melakukan semuanya sendiri karena saya harus mandiri dan saya sudah besar.
Belum lagi saya menemukan pria-pria di lingkungan saya tidak memiliki figur yang benar dan saya berusaha melindungi diri dari mereka dengan tidak menerima pertolongan atau kebaikan dari mereka. Saya tidak mau menjadi lemah sehingga membutuhkan pria. Saya harus mandiri dan mengambil keputusan hidup saya sendiri.
Saat saya mengandalkan orang lain pun saya lebih banyak kecewa. Kepercayaan saya selalu seperti dianggap murah. Saya seperti tidak dihargai dan tidak dimengerti. Saya tidak mau orang lain mengalami seperti yang seperti saya alami dan saya pun berusaha mengerti dan menghargai orang lain, tanpa mengungkapkan apa yang jadi mau saya.
Hasilnya, TADAAAA...Lasma Frida Manullang..Yang orang bilang bisa diandalkan, kuat, dan mandiri....Saya bangga dengan sebutan itu. Saya berhasil membangun siapa diri saya di mata orang lain. I'm a superwoman.
Hari ini, Tuhan membuka itu semua. Dia mengobrak-abrik hidup saya lagi. Mengeluarkan bangkai-bangkai yang saya tanam di masa kecil dan remaja saya.
Sering kali saya merasa bangga karena tidak seperti wanita lain yang selalu minta diantar atau minta dibantu ini itu. Semua hal bisa saya lakukan sendiri. Saya tidak butuh bantuan pria mana pun. Saya adalah perempuan yang mandiri dan kuat. Mengandalkan pria sama saja seperti menjatuhkan harga diri (yeah, dulu buat saya, pria adalah makhluk paling buruk di dunia :p. But now, not anymore, they are my brothers and my fathers).
Tapi ternyata tidak. Saya perempuan yang Tuhan katakan lemah lembut,butuh diperhatikan, butuh disayangi, butuh dimengerti, butuh ditolong, butuh dilindungi, butuh dimanja. Waktu saya mengakui hal itu saya cuma bisa menangis dan minta ampun pada Tuhan karena kesombongan saya dan saya merasakan bahwa saya benar-benar putri Bapa di surga. Saya anak perempuan biasa dari Bapa di surga yang butuh dimengerti, butuh dikasihi, butuh dimanja, butuh dilindungi, dan butuh rasa aman. Saya akan mendapatkan itu semua dari ayah saya, pasangan saya, sahabat-sahabat saya..Tapi yang terlebih lagi, saya mendapatkan itu semua dari Bapa di Surga. Komplit, 1 paket..All in 1.
I'm so greatfull...Tuhan tidak pernah tinggal diam dalam hidup saya.
Saya menangis tidak karuan, hati saya gelisah, pikiran saya berusaha menekan perasaan itu tapi tidak berhasil. Sampai akhirnya orang tua saya bertanya, kenapa. Saya cuma mengatakan kalau saya merasa tidak diperhatikan. Padahal saya sendiri tidak yakin dengan jawaban itu. Saya tahu pasti kalau orang tua saya sangat memperhatikan saya dan menyayangi saya. Tapi untuk menjawab pertanyaan 'kenapa' dari orang tua saya, saya seperti tidak menemukan jawaban lain. Orang tua saya tentu saja menjadi bingung. Mereka berusaha menenangkan saya kalau pikiran saya itu tidak benar dan saya berusaha menerimanya.
Sejak saat itu, setiap kali saya sulit dinasehati kejadian itu menjadi senjata untuk membuat saya terdiam. Hahahahha...Dan saya pun jadi malas bercerita pada orang tua saya setiap kali saya ingin berkeluh kesah.
Tapi bukan itu masalahnya. Yang jadi masalah adalah perasaan apa itu? Kenapa saya merasakan hal itu? Jujur sejujurnya, sebagai orang yang memakai logika, saya tersiksa dengan perasaan itu. Saya tidak suka dengan perasaan seperti itu.Tapi pada kenyataannya saya memiliki perasaan itu.
Kalau kata para ahli,semua perempuan memiliki perasaan itu. Tiba-tiba merasa kesepian, tiba-tiba merasa tidak digubris, tiba-tiba merasa tidak dimengerti, tiba-tiba merasa tidak dihargai dan sebagainya, dan sebagainya.Ya, saya pikir itu yang saya rasakan (saya baru mengerti sekarang).
Saya cuma tidak mengerti kenapa saya harus merasakan hal itu? Sedangkan saya sangat mengerti kalau saya disayangi, saya dikasihi, saya dihargai, dan saya bukanlah orang yang kesepian. Setiap kali perasaan-perasaan itu muncul saya berusaha menekannya dengan mengatakannya kalau itu semua perasaan itu tidak benar, tapi yang saya dapati malah perdebatan dengan diri saya sendiri dan rasanya sakit minta ampun.
Saya tidak tahu harus marah pada siapa, yang akhirnya saya malah marah pada semua orang.
Tapi pada saat saya sedang mandi (kamar mandi memang tempat merenung yang terbaik), saya merenung dan memikirkan apa yang terjadi pada diri saya. Saya bertanya pada Tuhan, kenapa Tuhan ijinkan saya mengalami perasaan ini...dan Tuhan menyentakkan saya...
Tuhan ingin saya mengakui bahwa saya adalah perempuan biasa yang memakai perasaan. Saat itu tembok tinggi yang saya bangun bertahun-tahun seperti runtuh dan hancur berkeping-keping.
Ya, saya selalu berpikir kalau saya adalah wanita yang berbeda dari wanita lain. Saya wanita mandiri yang tidak perlu pertolongan siapa pun untuk membuat hidup saya tetap berjalan. Cukup Tuhan di sisi saya, saya pasti sanggup berjalan. Kalimat itu benar, tapi ternyata di balik itu semua ada luka dan kesombongan terutama pertahanan diri.
Saya menjadi wanita mandiri karena saya tidak merasakan bagaimana ayah saya melindungi saya. Saya tidak pernah merasakan kasih sayang ayah saya secara langsung di masa-masa pertumbuhan saya saat menjadi seorang wanita. Saya tidak merasakan tangan ayah saya benar-benar menolong saya pada saat saya melakukan sesuatu. Semua saya kerjakan sendiri. Bahkan saya sangat ingat satu kejadian saat saya harus melakukan sesuatu dan mengaharapka ayah saya membantu saya, Beliau malah menyuruh saya untuk melakukan semuanya sendiri karena saya harus mandiri dan saya sudah besar.
Belum lagi saya menemukan pria-pria di lingkungan saya tidak memiliki figur yang benar dan saya berusaha melindungi diri dari mereka dengan tidak menerima pertolongan atau kebaikan dari mereka. Saya tidak mau menjadi lemah sehingga membutuhkan pria. Saya harus mandiri dan mengambil keputusan hidup saya sendiri.
Saat saya mengandalkan orang lain pun saya lebih banyak kecewa. Kepercayaan saya selalu seperti dianggap murah. Saya seperti tidak dihargai dan tidak dimengerti. Saya tidak mau orang lain mengalami seperti yang seperti saya alami dan saya pun berusaha mengerti dan menghargai orang lain, tanpa mengungkapkan apa yang jadi mau saya.
Hasilnya, TADAAAA...Lasma Frida Manullang..Yang orang bilang bisa diandalkan, kuat, dan mandiri....Saya bangga dengan sebutan itu. Saya berhasil membangun siapa diri saya di mata orang lain. I'm a superwoman.
Hari ini, Tuhan membuka itu semua. Dia mengobrak-abrik hidup saya lagi. Mengeluarkan bangkai-bangkai yang saya tanam di masa kecil dan remaja saya.
Sering kali saya merasa bangga karena tidak seperti wanita lain yang selalu minta diantar atau minta dibantu ini itu. Semua hal bisa saya lakukan sendiri. Saya tidak butuh bantuan pria mana pun. Saya adalah perempuan yang mandiri dan kuat. Mengandalkan pria sama saja seperti menjatuhkan harga diri (yeah, dulu buat saya, pria adalah makhluk paling buruk di dunia :p. But now, not anymore, they are my brothers and my fathers).
Tapi ternyata tidak. Saya perempuan yang Tuhan katakan lemah lembut,butuh diperhatikan, butuh disayangi, butuh dimengerti, butuh ditolong, butuh dilindungi, butuh dimanja. Waktu saya mengakui hal itu saya cuma bisa menangis dan minta ampun pada Tuhan karena kesombongan saya dan saya merasakan bahwa saya benar-benar putri Bapa di surga. Saya anak perempuan biasa dari Bapa di surga yang butuh dimengerti, butuh dikasihi, butuh dimanja, butuh dilindungi, dan butuh rasa aman. Saya akan mendapatkan itu semua dari ayah saya, pasangan saya, sahabat-sahabat saya..Tapi yang terlebih lagi, saya mendapatkan itu semua dari Bapa di Surga. Komplit, 1 paket..All in 1.
I'm so greatfull...Tuhan tidak pernah tinggal diam dalam hidup saya.
1 Comments