Bagaimana Saya Harus Meletakkan Hati Saya??
Manusia yang penuh dengan kekhawatiran. Iya, itulah saya. Setelah kekhawatiran yang satu pergi, datang kekhawatiran yang lain.
Sudah sebelas hari sejak saya bekerja sebagai sekertaris dan pembina OSIS di sekolah Tunas Muda. Tempatnya tidak enak?? Di luar pikiran saya, saya suka sekolah ini. Saya suka staff-staffnya, saya suka budaya sekolah ini. Sekalipun saya baru, saya sudah merasakan kalau saya adalah bagian dari sekolah ini.
Banyak diam, ya. Itu karena saya selalu melakukan observasi terlebih dulu di lingkungan baru. Melihat orangnya seperti apa. bagaimana saya harus beradaptasi...seperti itulah kira-kira.
Memang saya jadi terkesan kalem dan tenang, padahal aslinya bertanduk dan suka mencela orang hahahhaha...
Kalau saya katakan pada teman-teman, saya harus bertahan jadi orang yang kalem selama 3 bulan masa training kerja saya. Jadi saya lulus training...akakkaka..tapi buka dulu topengmu.
Baiklah, bukan itu yang ingin saya bicarakan. Saya ingin membicarakan penyakit manusia yang sudah lama ada sejak Adam dan Hawa. Khawatir.
Setelah berbulan-bulan menunggu dan bersabar mendapatkan pekerjaan, akhirnya saya mendapatkan pekerjaan yang saya inginkan. Sekalipun bukan benar-benar yang saya inginkan. Iya, seperti yang saya katakan tadi. Saya menjadi seorang sekretaris dari 3 atasan dan menjadi seorang pembina OSIS. Ribet?? Tidak, malah enjoy sekali.
Satu sisi saya bisa bekerja dengan pekerjaan yang task oriented, di sisi lain mimpi saya untuk bisa touching young people heart, bisa terlaksana juga. Saya sangaaaaaaattt bersemmmaaangggaaattt dengan pekerjaan saya.
Sekalipun harus naik turun tangga 5 lantai. Saya sangat menikmati pekerjaan saya. Walaupun harus bangun jam 5 pagi, berangkat jam 6 pagi, sarapan di mobil atau di kantor, lalu mules dan setiap pagi pasti menabung di toilet perempuan lantai 4..saya sangat menikmati pekerjaan saya.
Lalu apa yang membuat saya khawatir?? Ini pertama kalinya saya membina OSIS. Ya...Saya streeesss memikirkan dimana saya harus menempatkan diri saya. Mau gundulin kepala rasanya.tapi anehnya, sekalipun saya stress, saya sangat menikmatinya...Akakkaka...Saya senang bisa melihat anak-anak OSIS yang bersemangat mengerjakan program mereka. Saya cuma bisa terdiam melihat mereka.
Sekarang saya harus berdiri buat mereka. Berdiri untuk membantu mereka mencapai tujuan mereka, tetapi tetap mengarahkan mereka untuk berjalan di jalur yang tepat. Tidak mudah. Saya benar-benar harus belajar percaya pada mereka tanpa melepaskan pengawasan.
Saya sempat stress karena cara kerja anak-anak yang menurut saya kurang bagus. Mungkin rambut saya rontok karena memikirkan hal ini. Tapi waktu tadi saya pulang dan merenung di mobil, bertanya pada Tuhan. Babe, what should I do for them??
Tuhan cuma bilang "PERCAYA"...Percaya sama Tuhan sudah pasti, tapi yang Tuhan maksud di sini, percaya sama mereka. Percaya kalau mereka bisa melakukan dan menyelesaikan program mereka. Percaya kalau mereka akan melakukan yang terbaik yang bisa mereka lakukan.
Yang bisa saya lakukan saat ini adalah berdoa. Berdoa dan mendukung mereka sepenuhnya, tanpa melepaskan bimbingan.
Yang saya pikirkan saat ini, saya ingin punya tangan Tuhan yang besar yang bisa memeluk mereka semua dan memberikan mereka kenyamanan. Memberikan mereka kekuatan dan kasih. Yup...Saya tidak perlu punya tangan Tuhan...Tuhan yang akan memakai saya untuk melakukan itu karena Dia yang terlebih dulu memiliki perasaan itu.
Bagaimana saya harus meletakkan hati saya? Lagi-lagi adalah meletakkannya di tangan Tuhan. He knows me so well...knows about my heart and about my mind. Dia tahu bagaimana cara memakai saya dengan maksimal dan yang perlu saya lakukan sekarang cuma dengar-dengaran sama Tuhan dan JUST DO IT!!
0 Comments